
Usai Merger Mitraniaga-Agris, Bank IBK Indonesia Bidik UMKM
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
31 May 2019 14:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah penggabungan atau merger PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA) dan PT Bank Agris Tbk (AGRS), entitas bank hasil merger yakni PT Bank IBK Indonesia Tbk akan fokus pada pembiayaan sektor usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.
Pasalnya, Industrial Bank of Korea (IBK) yang menjadi pemegang saham mayoritas merupakan bank dengan bisnis inti di sektor UMKM di Korea Selatan.
"Sesuai dengan bisnis IBK itu bergerak di UMKM. Dia [IBK] pasti akan kembangkan ke bisnis UMKM. Akan fokus ke penyaluran kredit," ucap Direktur Kepatuhan Bank Mitraniaga Alexander F. Rori, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Jumat (31/5/2019).
Dalam Rancangan Penggabungan Bank Mitraniaga dan Bank Agris yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia pada 9 April 2019, disebutkan bahwa bank yang akan digabungkan adalah Mitraniaga, sementara Bank Agris akan menjadi bank hasil penggabungan (dengan kode saham tetap AGRS).
NAGA akan dilebur ke dalam AGRS dengan nama baru Bank IBK Indonesia yang diharapkan rampung pada 31 Juli 2019.
Lebih lanjut Alex menambahkan IBK merupakan perusahaan milik negara Korea Selatan yang bergerak di sektor UMKM. Oleh karena itu, Bank IBK Indonesia akan tetap bergerak di sektor UMKM atau small medium enterprise (SME).
"Akan fokus ke penyaluran kredit dan fokusnya di SME karena spesialisasi IBK itu ke UKM. Saat ini penyaluran kredit Bank Mitraniaga baru Rp 800 miliar setahun" tambahnya.
Menrut Alex, IBK juga memiliki teknologi yang memadai sehingga bisa menjadi modal untuk IBK mengembangkan usaha di dunia digital, baik itu mobile banking atau digital banking.
"Teknologinya sangat bagus, sehingga begitu kita merger nantinya banyak produk-produk yang bisa dikembangkan karena dengan merger ini kan bank juga jadi Bank Umum Kegiatan Usaha [BUKU] II," jelasnya. Bank BUKU II yakni bank dengan modal inti Rp 1 triliun - Rp 5 triliun.
Bank Mitraniaga merupakan Bank BUKU I dengan modal inti Rp 200 miliar. Dengan merger dengan Bank Agris maka modal akan bertambah menjadi Rp1 triliun lebih.
Alex menambahkan total aset Bank Mitraniaga saat ini sebesar Rp 2,3 triliun, sementara, aset Bank Agris sebesar Rp 3 triliun lebih sehingga dengan merger maka total aset bisa lebih dari Rp5 triliun.
Pada 28 Januari 2019, IBK mencaplok 71,68% saham Bank Mitraniaga. IBK membeli saham NAGA sebanyak 71,68% saham di harga Rp 409/saham sehingga menggelontorkan dana Rp 477,59 miliar. Sebelumnya pada 17 Januari 2019, IBK juga membeli sebanyak 5,04 miliar saham AGRS sehingga IBK memiliki 95,79% saham dan menjadi investor pengendali.
Setelah merger ini belum ada rencana untuk melakukan penerbitan obligasi. Kebutuhan modal, kata Alex, akan disuntik sendiri oleh IBK. Namun aksi korporasi seperti rights issue atau penerbitan saham baru tetap akan ada.
"Kalau sampai ke sana [penerbitan obligasi] IBK itu kan BUMN di Koreanya. Jadi, kalau ada penambahan modal pasti akan dari sana. Kita tidak perlu mengeluarkan obligasi untuk sementara." tutupnya.
Simak penetrasi bank asing di perbankan Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Dicaplok Korea, Merger Bank Mitraniaga-Agris Selangkah Lagi
Pasalnya, Industrial Bank of Korea (IBK) yang menjadi pemegang saham mayoritas merupakan bank dengan bisnis inti di sektor UMKM di Korea Selatan.
"Sesuai dengan bisnis IBK itu bergerak di UMKM. Dia [IBK] pasti akan kembangkan ke bisnis UMKM. Akan fokus ke penyaluran kredit," ucap Direktur Kepatuhan Bank Mitraniaga Alexander F. Rori, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Jumat (31/5/2019).
Dalam Rancangan Penggabungan Bank Mitraniaga dan Bank Agris yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia pada 9 April 2019, disebutkan bahwa bank yang akan digabungkan adalah Mitraniaga, sementara Bank Agris akan menjadi bank hasil penggabungan (dengan kode saham tetap AGRS).
NAGA akan dilebur ke dalam AGRS dengan nama baru Bank IBK Indonesia yang diharapkan rampung pada 31 Juli 2019.
Lebih lanjut Alex menambahkan IBK merupakan perusahaan milik negara Korea Selatan yang bergerak di sektor UMKM. Oleh karena itu, Bank IBK Indonesia akan tetap bergerak di sektor UMKM atau small medium enterprise (SME).
"Akan fokus ke penyaluran kredit dan fokusnya di SME karena spesialisasi IBK itu ke UKM. Saat ini penyaluran kredit Bank Mitraniaga baru Rp 800 miliar setahun" tambahnya.
Menrut Alex, IBK juga memiliki teknologi yang memadai sehingga bisa menjadi modal untuk IBK mengembangkan usaha di dunia digital, baik itu mobile banking atau digital banking.
"Teknologinya sangat bagus, sehingga begitu kita merger nantinya banyak produk-produk yang bisa dikembangkan karena dengan merger ini kan bank juga jadi Bank Umum Kegiatan Usaha [BUKU] II," jelasnya. Bank BUKU II yakni bank dengan modal inti Rp 1 triliun - Rp 5 triliun.
Bank Mitraniaga merupakan Bank BUKU I dengan modal inti Rp 200 miliar. Dengan merger dengan Bank Agris maka modal akan bertambah menjadi Rp1 triliun lebih.
Alex menambahkan total aset Bank Mitraniaga saat ini sebesar Rp 2,3 triliun, sementara, aset Bank Agris sebesar Rp 3 triliun lebih sehingga dengan merger maka total aset bisa lebih dari Rp5 triliun.
Pada 28 Januari 2019, IBK mencaplok 71,68% saham Bank Mitraniaga. IBK membeli saham NAGA sebanyak 71,68% saham di harga Rp 409/saham sehingga menggelontorkan dana Rp 477,59 miliar. Sebelumnya pada 17 Januari 2019, IBK juga membeli sebanyak 5,04 miliar saham AGRS sehingga IBK memiliki 95,79% saham dan menjadi investor pengendali.
Setelah merger ini belum ada rencana untuk melakukan penerbitan obligasi. Kebutuhan modal, kata Alex, akan disuntik sendiri oleh IBK. Namun aksi korporasi seperti rights issue atau penerbitan saham baru tetap akan ada.
"Kalau sampai ke sana [penerbitan obligasi] IBK itu kan BUMN di Koreanya. Jadi, kalau ada penambahan modal pasti akan dari sana. Kita tidak perlu mengeluarkan obligasi untuk sementara." tutupnya.
Simak penetrasi bank asing di perbankan Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Dicaplok Korea, Merger Bank Mitraniaga-Agris Selangkah Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular