
Investor Asing Masuk Usai 16 Hari Keluar, IHSG Terkerek 0,69%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 May 2019 16:49

Selain karena adanya potensi kesepakatan dagang AS-Jepang, laju IHSG juga terbantu oleh penguatan nilai tukar rupiah. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.375/dolar AS, menandai apresiasi selama 3 hari beruntun.
Rupiah terus menunjukkan performa yang menggembirakan pasca sebelumnya terus-menerus bergerak melemah. Jika dihitung sejak awal bulan ini hingga penutupan perdagangan tanggal 22 Mei, rupiah melemah hingga 1,93% melawan dolar AS di pasar spot.
Ada 2 hal yang memotori penguatan rupiah dalam 3 hari perdagangan terakhir. Pertama, rupiah tampak sudah selesai ‘dihukum’ oleh pelaku pasar.
Pada bulan ini, rupiah sempat diterpa tekanan jual seiring dengan kehadiran awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kedua, penguatan rupiah dalam 3 hari perdagangan terakhir dimotori oleh rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Belum lama ini, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode Mei 2019 versi Markit diumumkan di level 50,6, di bawah konsensus yang sebesar 53, dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode April 2019 diumumkan flat alias tak mencatatkan perubahan secara bulanan. Padahal, konsensus memperkirakan ada pertumbuhan sebesar 0,1%, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi AS yang mengecewakan, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi membesar dan praktis membuat dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.
Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing pun kembali ke pasar saham tanah air. Per akhir sesi 2, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 497,4 miliar di pasar reguler, memutus rentetan jual bersih yang sudah berlangsung selama 16 hari beruntun.
Saham-saham yang banyak diburu investor asing pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 284,3 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 223 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 47,2 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 24,4 miliar), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 17,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Rupiah terus menunjukkan performa yang menggembirakan pasca sebelumnya terus-menerus bergerak melemah. Jika dihitung sejak awal bulan ini hingga penutupan perdagangan tanggal 22 Mei, rupiah melemah hingga 1,93% melawan dolar AS di pasar spot.
Ada 2 hal yang memotori penguatan rupiah dalam 3 hari perdagangan terakhir. Pertama, rupiah tampak sudah selesai ‘dihukum’ oleh pelaku pasar.
CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kedua, penguatan rupiah dalam 3 hari perdagangan terakhir dimotori oleh rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Belum lama ini, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode Mei 2019 versi Markit diumumkan di level 50,6, di bawah konsensus yang sebesar 53, dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode April 2019 diumumkan flat alias tak mencatatkan perubahan secara bulanan. Padahal, konsensus memperkirakan ada pertumbuhan sebesar 0,1%, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi AS yang mengecewakan, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi membesar dan praktis membuat dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.
Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing pun kembali ke pasar saham tanah air. Per akhir sesi 2, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 497,4 miliar di pasar reguler, memutus rentetan jual bersih yang sudah berlangsung selama 16 hari beruntun.
Saham-saham yang banyak diburu investor asing pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 284,3 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 223 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 47,2 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 24,4 miliar), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 17,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular