Duh! Kinerja Q2 Emiten Batu Bara Bakal Suram, Mana yang Kuat?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
20 May 2019 17:33
Walau Laba Anjlok 22% YoY, PTBA Mencatatkan Imbal Hasil Tertinggi
Foto: Wahyu Daniel
Beberapa rasio keuangan yang umum digunakan untuk menganalisis kinerja fundamental perusahaan adalah rasio lancar (current ratio), rasio utang terhadap total modal (debt to equity ratio/DER), rasio laba terhadap total aset (return on asset/ROA), rasio laba terhadap modal (return on equity/ROE), dan imbal hasil (net profit margin/NPM).

Rasio lancar menggambarkan seberapa likuid perusahaan dengan menganalisis kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang dimiliki saat ini. Semakin tinggi nilainya, semakin likuid perusahaan.

DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER bisa juga menandakan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.

ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainnya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
Duh! Kinerja Q2 Emiten Batu Bara Bakal Suram, Mana yang Kuat?Foto: CNBC Indonesia/Dwi Ayunintyas

Catatan: hijau (lebih baik dari rata-rata), merah (lebih buruk dari rata-rata), krem (kisaran rata-rata)

Dari tabel di atas terlihat bahwa PT Bukit Asam Tbk (PTBA) adalah emiten dengan perolehan rasio keuangan yang paling baik. Pasalnya, capaain PTBA selalu lebih baik dari perolehan rata-rata.

Rasio lancar PTBA mencapai 2,86x menandakan bahwa kinerja neraca perusahaan paling likuid. Selain itu, rasio imbal hasil, yaitu ROA dan NPM juga tercatat paling besar dibandingkan 5 emiten lainnya.

Lebih lanjut, rasio keuangan DOID menjadi yang paling mengecewakan karena rasio keuangan perusahaan mayoritas berada di zona merah. Semua rasio imbal hasil, yaitu ROA, ROE, dan NPM perusahaan tercatat memperoleh nilai paling kecil.

Sementara itu, meskipun PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terbilang kurang likuid dan memiliki tingkat utang yang besar, kemampuan imbal hasil perusahaan terbilang cukup baik.

Namun, investor diharapkan tidak tergiur dengan tingkat pengembalian yang besar, karena tingkat likuiditas yang rendah dan tingkat hutang yang tinggi menunjukkan masalah mendasar yang serius dan butuh waktu lama untuk dipulihkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular