
Hati-hati! Pasar Obligasi RI Masih Rentan Koreksi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 May 2019 08:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi akan kembali tertekan sentimen negatif global dan domestik hari ini.
"Tentu momentum ini merupakan saat yang tepat untuk mulai masuk secara bertahap, dengan volume terbatas," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya pagi ini.
Dengan prediksi tersebut, Nico dan tim juga menyarankan investor untuk melihat perkembangan pasar dulu sebelum melakukan aksi jual-beli di pasar obligasi (wait and see).
Menurut dia, tekanan global masih akan datang dari tengah perang dagang China-Amerika Serikat.
China diketahui sudah menjual sebagian kepemilikannya pada obligasi pemerintah AS, US Treasury, sebagai bagian dari strategi perang dagang.
Nilai kepemilikan China pada instrumen tersebut turun 5,6% atau US$ 67,2 miliar hingga tinggal US$ 1,12 triliun, meskipun masih menduduki posisi sebagai negara pemilik US Treasury terbesar dunia.
Lembaga keuangan global UBS juga memprediksi jika pelepasan instrumen utang AS oleh China berlanjut, maka tingkat imbal hasil (yield) di pasar dapat naik 0,4 poin.
Langkah penjualan surat utang oleh China tersebut menjadi salah satu aksi Negara Tirai Bambu untuk membalas langkah-langkah AS dalam perang dagang, terutama mengenakan kenaikan tarif impor secara sepihak di tengah-tengah berjalannya perundingan perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article The Fed Dovish, Harga Obligasi RI Ikut Terkerek Naik
"Tentu momentum ini merupakan saat yang tepat untuk mulai masuk secara bertahap, dengan volume terbatas," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya pagi ini.
Dengan prediksi tersebut, Nico dan tim juga menyarankan investor untuk melihat perkembangan pasar dulu sebelum melakukan aksi jual-beli di pasar obligasi (wait and see).
Menurut dia, tekanan global masih akan datang dari tengah perang dagang China-Amerika Serikat.
Nilai kepemilikan China pada instrumen tersebut turun 5,6% atau US$ 67,2 miliar hingga tinggal US$ 1,12 triliun, meskipun masih menduduki posisi sebagai negara pemilik US Treasury terbesar dunia.
Lembaga keuangan global UBS juga memprediksi jika pelepasan instrumen utang AS oleh China berlanjut, maka tingkat imbal hasil (yield) di pasar dapat naik 0,4 poin.
Langkah penjualan surat utang oleh China tersebut menjadi salah satu aksi Negara Tirai Bambu untuk membalas langkah-langkah AS dalam perang dagang, terutama mengenakan kenaikan tarif impor secara sepihak di tengah-tengah berjalannya perundingan perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article The Fed Dovish, Harga Obligasi RI Ikut Terkerek Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular