
Pasca-Intervensi BI, Harga SUN Terkoreksi Lagi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 May 2019 11:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis di awal perdagangan hingga Kamis siang ini (16/5/2019) seiring dengan memanasnya perang dagang China-Amerika Serikat dan data makroekonomi Indonesia yang belum membaik terutama neraca perdagangan.
Koreksi harga Surat Utang Negara (SUN) ini kembali terjadi meskipun Rabu kemarin sempat terjadi penguatan yang diprediksi pelaku pasar karena adanya intervensi bank sentral.
Turunnya harga SUN ini tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sentimen perang dagang semakin membayangi pasar keuangan global setelah Presiden AS Donald Trump membatasi penjualan produk ciptaan perusahaan teknologi asal China yaitu Huawei dan ZTE Corp.
Dari dalam negeri, sentimen negatif yang mempengaruhi pelaku pasar sejak kemarin adalah data defisit neraca perdagangan bulanan yang terburuk dalam sejarah Indonesia.
Meskipun kemarin sentimen juga masih belum membaik, pasar obligasi berhasil menguat yang diduga pelaku pasar disebabkan adanya operasi pasar terbuka dari Bank Indonesia.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,27 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 13 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,02 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,75%, sedangkan nilai rupiah masih terapresiasi 0,07% di tengah koreksi Dollar Index.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di banyak negara terutama China, Rusia, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di hampir seluruh pasar utama yaitu di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, pasar gilt Inggris, pasar JGB Jepang, dan pasar US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Koreksi harga Surat Utang Negara (SUN) ini kembali terjadi meskipun Rabu kemarin sempat terjadi penguatan yang diprediksi pelaku pasar karena adanya intervensi bank sentral.
Turunnya harga SUN ini tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sentimen perang dagang semakin membayangi pasar keuangan global setelah Presiden AS Donald Trump membatasi penjualan produk ciptaan perusahaan teknologi asal China yaitu Huawei dan ZTE Corp.
Dari dalam negeri, sentimen negatif yang mempengaruhi pelaku pasar sejak kemarin adalah data defisit neraca perdagangan bulanan yang terburuk dalam sejarah Indonesia.
Meskipun kemarin sentimen juga masih belum membaik, pasar obligasi berhasil menguat yang diduga pelaku pasar disebabkan adanya operasi pasar terbuka dari Bank Indonesia.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Mei'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 15 Mei'19 (%) | Yield 16 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 15 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.516 | 7.542 | 2.60 | 7.4333 |
FR0078 | 10 tahun | 8.019 | 8.021 | 0.20 | 7.9771 |
FR0068 | 15 tahun | 8.531 | 8.521 | -1.00 | 8.4623 |
FR0079 | 20 tahun | 8.612 | 8.621 | 0.90 | 8.5461 |
Avg movement | 0.68 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,27 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 13 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,02 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,75%, sedangkan nilai rupiah masih terapresiasi 0,07% di tengah koreksi Dollar Index.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di banyak negara terutama China, Rusia, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di hampir seluruh pasar utama yaitu di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, pasar gilt Inggris, pasar JGB Jepang, dan pasar US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 15 Mei'19 (%) | Yield 16 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.9 | 8.9 | 0.00 |
China | 3.32 | 3.294 | -2.60 |
Jerman | -0.096 | -0.105 | -0.90 |
Perancis | 0.307 | 0.296 | -1.10 |
Inggris | 1.069 | 1.06 | -0.90 |
India | 7.377 | 7.379 | 0.20 |
Jepang | -0.05 | -0.056 | -0.60 |
Malaysia | 3.831 | 3.831 | 0.00 |
Filipina | 5.797 | 5.797 | 0.00 |
Rusia | 8.16 | 8.15 | -1.00 |
Singapura | 2.153 | 2.138 | -1.50 |
Thailand | 2.45 | 2.44 | -1.00 |
Amerika Serikat | 2.379 | 2.372 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.49 | 8.42 | -7.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular