
Sebabkan Defisit Parah, Ini 4 Alasan Harga CPO Terjun Bebas
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
16 May 2019 15:43

3. Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China
Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia juga memiliki dampak yang besar pada pergerakan harga minyak sawit.
Pasalnya China yang merupakan importir kedelai utama AS mulai memberlakukan tarif impor sebesar 10% tahun 2018 silam. Alhasil pembelian kedelai dari China menurun di tahun 2018.
Sebagai informasi, Negeri Paman Sam merupakan negara asal kedelai impor nomor 2 di China. Dampaknya, tentu saja stok kedelai di AS menjadi melimpah dan membuat harga berjatuhan.
Hal ini juga diungkapkan oleh GAPKI dalam laporan bulanan yang dirilis kemarin (15/5/2019).
Perlu diingat bahwa minyak kedelai merupakan salah satu rival minyak sawit di pasar global. Saat harga minyak kedelai amblas, maka minyak sawit juga akan mengikuti untuk tetap berada pada level yang kompetitif.
4. Ancaman Pelarangan Sawit di Uni Eropa
Awal tahun 2019, Uni Eropa mengeluarkan rancangan peraturan yang mengkategorikan minyak sawit sebagai produk yang 'tidak berkelanjutan'.
Alasannya adalah, ekspansi perkebunan sawit yang terjadi sepanjang tahun 2018 dinilai memberi dampak yang besar terhadap deforestasi di dunia yang berpotensi mempercepat pemanasan global
Akibatnya, penggunaan minyak sawit untuk biosolar akan dihapus secara bertahap hingga dilarang sama sekali pada tahun 2030.
Meskipun belum benar-benar dilarang saat ini, namun sentimen ini sudah membuat importir minyak sawit di Eropa berjaga-jaga. Mereka akan cenderung konservatif dengan mulai mencari produk substitusi seperti minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari.
"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."
Hingga saat ini pemerintah Indonesia dan Malaysia masih mengupayakan mediasi kepada pihak Uni Eropa agar aturan ini tidak diterapkan. Menurut pemerintah Indonesia, peraturan tersebut merupakan tindakan diskriminatif dan mengancam penghasilan lebih dari 17 juta petani di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia juga memiliki dampak yang besar pada pergerakan harga minyak sawit.
Pasalnya China yang merupakan importir kedelai utama AS mulai memberlakukan tarif impor sebesar 10% tahun 2018 silam. Alhasil pembelian kedelai dari China menurun di tahun 2018.
Sebagai informasi, Negeri Paman Sam merupakan negara asal kedelai impor nomor 2 di China. Dampaknya, tentu saja stok kedelai di AS menjadi melimpah dan membuat harga berjatuhan.
Perlu diingat bahwa minyak kedelai merupakan salah satu rival minyak sawit di pasar global. Saat harga minyak kedelai amblas, maka minyak sawit juga akan mengikuti untuk tetap berada pada level yang kompetitif.
4. Ancaman Pelarangan Sawit di Uni Eropa
Awal tahun 2019, Uni Eropa mengeluarkan rancangan peraturan yang mengkategorikan minyak sawit sebagai produk yang 'tidak berkelanjutan'.
Alasannya adalah, ekspansi perkebunan sawit yang terjadi sepanjang tahun 2018 dinilai memberi dampak yang besar terhadap deforestasi di dunia yang berpotensi mempercepat pemanasan global
Akibatnya, penggunaan minyak sawit untuk biosolar akan dihapus secara bertahap hingga dilarang sama sekali pada tahun 2030.
Meskipun belum benar-benar dilarang saat ini, namun sentimen ini sudah membuat importir minyak sawit di Eropa berjaga-jaga. Mereka akan cenderung konservatif dengan mulai mencari produk substitusi seperti minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari.
"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."
Hingga saat ini pemerintah Indonesia dan Malaysia masih mengupayakan mediasi kepada pihak Uni Eropa agar aturan ini tidak diterapkan. Menurut pemerintah Indonesia, peraturan tersebut merupakan tindakan diskriminatif dan mengancam penghasilan lebih dari 17 juta petani di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular