
Dihantam Luar Dalam, IHSG Masih Rawan Koreksi!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 May 2019 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapatkan tekanan dari sentimen dalam negeri dan luar negeri. Perang dagang AS-China yang penuh dengan ketidakpastian dan ditambah dengan neraca dagang Indonesia yang defisitnya membengkak membuat investor lebih memilih mengamankan aset.
PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan di tengah situasi dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, fundamental ekonomi lokal yang membaik seharusnya bisa menjadi bantalan. Namun pada kenyataannya tidak begitu.
Neraca perdagangan April 2019 defisit US$ 2,5 miliar dipicu oleh neraca non-migas. Perlambatan perekonomian global, harga komoditas sawit dan batu bara yang fluktuatif, ditambah perang dagang dan faktor geopolitik dinilai berpengaruh terhadap pergerakan ekspor Indonesia.
Sejumlah negara yang mengalami perlambatan seperti China dan Korea Selatan berkontribusi terhadap penurunan dari kinerja ekspor Indonesia pada April 2019.
Dengan demikian, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan semakin membesar dalam beberapa minggu ke depan.
Dari AS, Presiden Donald Trump akan menggerakkan lebih banyak 'amunisi' terkait dengan perseteruannya dengan China, salah satunya adalah mengurangi ruang keterbatasan Huawei dan ZTE Corp di Amerika akan teknologi 5G yang dimiliki kedua perusahaan tersebut.
Trump telah menandatangani surat yang akan membatasi penjualan Huawei dan ZTE di AS. Hal ini memperkeruh situasi dan kondisi yang saat ini terjadi antara AS dan China. Situasi makin tak kondusif karena Trump terus menerus menekan China melalui perusahaan China yang berada di AS.
Trump juga juga memberi waktu kepada Uni Eropa dan Jepang selama 180 hari untuk menyetujui kesepakatan mengenai batasan mengenai impor mobil dan suku cadangnya ke AS.
Dia juga menyampaikan bahwa pihak AS akan menahan diri sementara untuk tidak memberikan kenaikan tarif hingga 6 bulan ke depan terkait dengan negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa dan Jepang yang sedang berlangsung.
Gejolak tersebut akan berdampak besar kepada pasar global, tidak terkecuali Indonesia sebagai bagian dari emerging market. Dalam beberapa hari ke depan, pasar modal Indonesia masih akan berada dalam tekanan.
Dari segi teknikal, PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebut IHSG mampu breakdown dari level penahan bawah alias support di level 6.350, dan kini bergerak dalam downtrend channel atau tren turun.
Pasar dinilai bereaksi negatif atas semakin parahnya perang dagang yang terjadi antara AS melawan China, dengan kemungkinan berimbas ke negara-negara lain.
Selain itu pengumuman defisit neraca dagang Indonesia pada April 2019 yang membengkak sampai US$ 2,5 miliar juga membuat sentimen pasar semakin negatif.
PT Panin Sekuritas menambahkan, IHSG gagal mempertahankan level support 6.000 setelah rilis neraca perdagangan yang terbilang parah.
Namun masih ada peluang pengujian level 6.000 karena umumnya efek dari data ekonomi adalah sesaat. "Hari ini diperkirakan indeks akan bergerak mixed di kisaran support 5.800 hingga resisten 6.100."
(tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan di tengah situasi dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, fundamental ekonomi lokal yang membaik seharusnya bisa menjadi bantalan. Namun pada kenyataannya tidak begitu.
Neraca perdagangan April 2019 defisit US$ 2,5 miliar dipicu oleh neraca non-migas. Perlambatan perekonomian global, harga komoditas sawit dan batu bara yang fluktuatif, ditambah perang dagang dan faktor geopolitik dinilai berpengaruh terhadap pergerakan ekspor Indonesia.
Sejumlah negara yang mengalami perlambatan seperti China dan Korea Selatan berkontribusi terhadap penurunan dari kinerja ekspor Indonesia pada April 2019.
Dengan demikian, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan semakin membesar dalam beberapa minggu ke depan.
Dari AS, Presiden Donald Trump akan menggerakkan lebih banyak 'amunisi' terkait dengan perseteruannya dengan China, salah satunya adalah mengurangi ruang keterbatasan Huawei dan ZTE Corp di Amerika akan teknologi 5G yang dimiliki kedua perusahaan tersebut.
Trump telah menandatangani surat yang akan membatasi penjualan Huawei dan ZTE di AS. Hal ini memperkeruh situasi dan kondisi yang saat ini terjadi antara AS dan China. Situasi makin tak kondusif karena Trump terus menerus menekan China melalui perusahaan China yang berada di AS.
Trump juga juga memberi waktu kepada Uni Eropa dan Jepang selama 180 hari untuk menyetujui kesepakatan mengenai batasan mengenai impor mobil dan suku cadangnya ke AS.
Gejolak tersebut akan berdampak besar kepada pasar global, tidak terkecuali Indonesia sebagai bagian dari emerging market. Dalam beberapa hari ke depan, pasar modal Indonesia masih akan berada dalam tekanan.
Dari segi teknikal, PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebut IHSG mampu breakdown dari level penahan bawah alias support di level 6.350, dan kini bergerak dalam downtrend channel atau tren turun.
Pasar dinilai bereaksi negatif atas semakin parahnya perang dagang yang terjadi antara AS melawan China, dengan kemungkinan berimbas ke negara-negara lain.
Selain itu pengumuman defisit neraca dagang Indonesia pada April 2019 yang membengkak sampai US$ 2,5 miliar juga membuat sentimen pasar semakin negatif.
PT Panin Sekuritas menambahkan, IHSG gagal mempertahankan level support 6.000 setelah rilis neraca perdagangan yang terbilang parah.
Namun masih ada peluang pengujian level 6.000 karena umumnya efek dari data ekonomi adalah sesaat. "Hari ini diperkirakan indeks akan bergerak mixed di kisaran support 5.800 hingga resisten 6.100."
(tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular