Panasnya Perang Dagang, 3 Bulan Asing Sudah Keluar Rp 10 T
Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 May 2019 10:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing diperkirakan beranjak dari pasar saham Indonesia di tengah perang dagang yang semakin tereskalasi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sebab, investor tengah menantikan kepastian kebijakan kedua negara adidaya itu untuk saling meredakan ketegangan.
Analis PT BCA Sekuritas Achmad Yaki mengatakan investor asing sudah mulai melakukan aksi jual (net sell) dalam 3 bulan terakhir. Kondisi ini akan terus berlanjut jika AS dan China tak segera menemukan solusi penyelesaian perang dagang antarkeduanya.
"Jika belum ada kepastian terkait trade war keduanya, potensinya akan begitu [net sell]," kata Achmad kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5).
Mengacu data perdagangan pukul 10.35 WIB di Bursa Efek Indonesia, investor asing sudah membukukan jual bersih dalam 3 bulan terakhir mencapai hampir Rp 10 triliun atau tepatnya Rp 9,99 triliun di pasar reguler dan dalam sebulan terakhir asing keluar Rp 8,29 triliun. Hari ini saja, asing lepas hingga Rp 324 miliar di pasar reguler.
Adapun secara year to date atau tahun berjalan, asing memang masih membukukan beli bersih atau net buy sebesar Rp 1,03 triliun di pasar reguler. Untuk semua pasar, net buy mencapai Rp 57 triliun.
Kondisi net sell hari ini terjadi setelah China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan.
Jumat pekan lalu (10/5/2019) AS lebih dahulu resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Ketika berlaku pada tanggal 1 Juni, importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.
Perang dagang ini membuat bursa saham Asia rontok dan berimbas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus hingga 1,07% di level 6.068, level terendah tahun ini.
(tas) Next Article China Kurangi Porsi US Treasury, IHSG Bakal Melemah Lagi?
Analis PT BCA Sekuritas Achmad Yaki mengatakan investor asing sudah mulai melakukan aksi jual (net sell) dalam 3 bulan terakhir. Kondisi ini akan terus berlanjut jika AS dan China tak segera menemukan solusi penyelesaian perang dagang antarkeduanya.
"Jika belum ada kepastian terkait trade war keduanya, potensinya akan begitu [net sell]," kata Achmad kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5).
Mengacu data perdagangan pukul 10.35 WIB di Bursa Efek Indonesia, investor asing sudah membukukan jual bersih dalam 3 bulan terakhir mencapai hampir Rp 10 triliun atau tepatnya Rp 9,99 triliun di pasar reguler dan dalam sebulan terakhir asing keluar Rp 8,29 triliun. Hari ini saja, asing lepas hingga Rp 324 miliar di pasar reguler.
Adapun secara year to date atau tahun berjalan, asing memang masih membukukan beli bersih atau net buy sebesar Rp 1,03 triliun di pasar reguler. Untuk semua pasar, net buy mencapai Rp 57 triliun.
Kondisi net sell hari ini terjadi setelah China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan.
Jumat pekan lalu (10/5/2019) AS lebih dahulu resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Ketika berlaku pada tanggal 1 Juni, importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.
Perang dagang ini membuat bursa saham Asia rontok dan berimbas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus hingga 1,07% di level 6.068, level terendah tahun ini.
(tas) Next Article China Kurangi Porsi US Treasury, IHSG Bakal Melemah Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular