
Analisis Teknikal
Yield Treasury AS Inversi Lagi, Rupiah Besok ke Mana?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2019 21:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang jilid II sah terjadi setelah Pemerintah China menaikkan bea impor menjadi 25% dari sebelumnya 10% untuk produk dari Amerika Serikat (AS) dengan total nilai US$ 60 miliar dan resmi berlaku 1 Juni mendatang.
Di saat yang sama, yield Treasury AS kembali mengalami inversi, yang mengingatkan kembali akan kemungkinan terjadi resesi di AS dalam beberapa bulan ke depan.
Perang dagang AS - China selama ini menjadi faktor utama pelambatan ekonomi global, dan perang dagang jilid II ini kemungkinan memicu pelambatan lebih dalam, bahkan bisa jadi beberapa negara mengalami resesi.
Kondisi seperti ini sebenarnya berdampak buruk bagi rupiah, apalagi dengan inversi yield Treasury. Namun indeks dolar yang melemah di perdagangan sesi AS Senin (13/5/19) memberikan peluang rupiah untuk menguat.
Analisis Teknikal
Secara harian, belum ada perubahan teknikal. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak di atas rerata (Moving Average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis biru). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, seharusnya menjadi sinyal akan ada pembalikan harga (penguatan rupiah), namun hingga saat ini belum juga terjadi.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga.
Sementara pada grafik 1 jam, indikator Stochastic juga berada di wilayah jenuh beli, namun sudah bergerak turun yang memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun).
Support (tahanan bawah) berada di kisaran Rp 14.368 dekat MA 20 (garis merah) jika mampu ditembus USD/IDR berpeluang turun ke area Rp. 14.330.
Sementara resisten (tahanan atas) berada di kisaran Rp 14.385, selama tidak ditembus rupiah berpeluang menguat (USD/IDR turun). Namun jika resisten itu ditembus, rupiah bisa melemah ke Rp 14.610
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak video rupiah tertekan sepanjang hari di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(pap/roy) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Di saat yang sama, yield Treasury AS kembali mengalami inversi, yang mengingatkan kembali akan kemungkinan terjadi resesi di AS dalam beberapa bulan ke depan.
Perang dagang AS - China selama ini menjadi faktor utama pelambatan ekonomi global, dan perang dagang jilid II ini kemungkinan memicu pelambatan lebih dalam, bahkan bisa jadi beberapa negara mengalami resesi.
Analisis Teknikal
![]() |
Secara harian, belum ada perubahan teknikal. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak di atas rerata (Moving Average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis biru). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, seharusnya menjadi sinyal akan ada pembalikan harga (penguatan rupiah), namun hingga saat ini belum juga terjadi.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga.
![]() |
Sementara pada grafik 1 jam, indikator Stochastic juga berada di wilayah jenuh beli, namun sudah bergerak turun yang memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun).
Support (tahanan bawah) berada di kisaran Rp 14.368 dekat MA 20 (garis merah) jika mampu ditembus USD/IDR berpeluang turun ke area Rp. 14.330.
Sementara resisten (tahanan atas) berada di kisaran Rp 14.385, selama tidak ditembus rupiah berpeluang menguat (USD/IDR turun). Namun jika resisten itu ditembus, rupiah bisa melemah ke Rp 14.610
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak video rupiah tertekan sepanjang hari di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(pap/roy) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular