
Sama-sama Safe Haven, Kenapa Yen Selalu Unggul Lawan Dolar?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2019 08:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial maupun pasar modal sedang terguncang sejak Senin (6/5/19) kemarin akibat kembali memasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China. Aset-aset berisiko rontok, sebaliknya aset-aset safe haven atau yang dianggap aman menguat.
Memanasnya hubungan kedua negara terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan meningkatkan bea impor dari China akibat Negeri Tiongkok tersebut dituduh mencoba melakukan re-negosiasi.
Para pelaku pasar langsung menghindari aset-aset beriko yang membuat bursa saham global amblas, serta mengalihan investasinya ke aset safe haven. Dalam dunia forex, ada tiga mata uang yang dianggap safe haven, yen Jepang, dolar AS, dan franc Swiss.
Namun ketika terjadi guncangan di pasar finansial seperti saat ini, yen selalu lebih unggul dari dolar. Padahal secara fundamental ekonomi, AS jauh lebih superior, lihat saja kebijakan bank sentral negara masing-masing. Federal Reserve/The Fed AS sudah berkali-kali menaikkan suku bunga, sementara Bank of Japan (BOJ) masih tetap dengan suku bunga -0,1%.
Yen terlihat masih menguat lawan dolar AS pada perdagangan hari ini Selasa (7/5/19) setelah melesar ke level terkuat (USD/JPY turun) lima pekan. Pada pukul 7:23 WIB yen diperdagangkan di kisaran 110,68/US$ dibandingkan dengan penutupan Senin di level 110,76/US$, melansir kuotasi MetaTrader 5.
Keunggulan yen lawan dolar AS dis aat adanya gejolak terjadi karena Jepang merupakan negara kreditur nomer satu di dunia. Saat terjadi gejolak seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Data dari Kementerian Keuangan Jepang menunjukkan pada tahun 2017 jumlah aset eksternal yang dimiliki pemerintah, perusahaan, maupun individu di Jepang mencapai 328 triliun yen. Meski mengalami penurunan 2,3% dari tahun sebelumnya, angka tersebut sudah cukup menjadikan Jepang sebagai negara kreditur nomer satu di dunia dalam 27 tahun beruntun.
Jumlah aset eksternal Jepang tersebut 1,3 kali lebih banyak dari yang dimiliki Jerman sebagai negara kreditur nomer dua di dunia.
Dengan jumlah aset eksternal sebesar itu, tidak heran jika arus modal yang kembali ke Jepang sangat deras dan membuat yen terus menguat.
Pergerakan yen hari ini masih akan ditentukan perkembangan hubungan AS - China. Kabar terbaru mengatakan jika para negosiator dari Negeri Tiongkok akan tetap datang ke Washington untuk melakukan perundingan, melansir CNBC International.
China sebelumnya dikatakan akan membatalkan perundingan di pekan ini, namun kabar terbaru tersebut setidaknya masih memberikan harapan akan terjadinya damai dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Memanasnya hubungan kedua negara terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan meningkatkan bea impor dari China akibat Negeri Tiongkok tersebut dituduh mencoba melakukan re-negosiasi.
Para pelaku pasar langsung menghindari aset-aset beriko yang membuat bursa saham global amblas, serta mengalihan investasinya ke aset safe haven. Dalam dunia forex, ada tiga mata uang yang dianggap safe haven, yen Jepang, dolar AS, dan franc Swiss.
Yen terlihat masih menguat lawan dolar AS pada perdagangan hari ini Selasa (7/5/19) setelah melesar ke level terkuat (USD/JPY turun) lima pekan. Pada pukul 7:23 WIB yen diperdagangkan di kisaran 110,68/US$ dibandingkan dengan penutupan Senin di level 110,76/US$, melansir kuotasi MetaTrader 5.
Keunggulan yen lawan dolar AS dis aat adanya gejolak terjadi karena Jepang merupakan negara kreditur nomer satu di dunia. Saat terjadi gejolak seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Data dari Kementerian Keuangan Jepang menunjukkan pada tahun 2017 jumlah aset eksternal yang dimiliki pemerintah, perusahaan, maupun individu di Jepang mencapai 328 triliun yen. Meski mengalami penurunan 2,3% dari tahun sebelumnya, angka tersebut sudah cukup menjadikan Jepang sebagai negara kreditur nomer satu di dunia dalam 27 tahun beruntun.
Jumlah aset eksternal Jepang tersebut 1,3 kali lebih banyak dari yang dimiliki Jerman sebagai negara kreditur nomer dua di dunia.
Dengan jumlah aset eksternal sebesar itu, tidak heran jika arus modal yang kembali ke Jepang sangat deras dan membuat yen terus menguat.
Pergerakan yen hari ini masih akan ditentukan perkembangan hubungan AS - China. Kabar terbaru mengatakan jika para negosiator dari Negeri Tiongkok akan tetap datang ke Washington untuk melakukan perundingan, melansir CNBC International.
China sebelumnya dikatakan akan membatalkan perundingan di pekan ini, namun kabar terbaru tersebut setidaknya masih memberikan harapan akan terjadinya damai dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular