
Babak Baru Perang Dagang AS-China, Dolar AS Masih Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 May 2019 21:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Di saat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China terlihat akan segera berakhir, kini muncul lagi babak tambahan yang mengguncang pasar finansial. Aset-aset berisiko langsung rontok, sementara aset-aset aman atau safe haven menguat.
Pada pekan lalu, muncul isu yang cukup kuat jika AS-China akan mengakhiri perang dagang pada Jumat (10/5/19) nanti. Namun hal itu langsung buyar setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif impor baru bagi produk China melalui Twitter Minggu (5/5/19) kemarin.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat," cuitnya.
"Sementara sebesar US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%," katanya lagi.
"Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka [China] berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter.
Dolar AS yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven menguat terhadap lawan-lawan utamanya, kecuali yen, dan membuat indeks dolar menguat 0,15% ke level 97,66 pada pukul 20:40 WIB.
Euro melemah 0,13%, pound turun 0,64%, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia masing-masing melemah lebih dari 0,3%. Hanya yen yang berhasil menguat lawan dolar sebesar 0,18%. Enam mata uang ini merupakan pembentuk indeks dolar, yang dijadikan tolak ukur kekuatan Mata Uang Paman Sam.
Meski sebelumnya China dikabarkan akan membatalkan perundingan dagang di pekan ini. Namun kabar terbaru menyebutkan negosiator negara tersebut tetap akan datang ke Washington.
Mengutip CNBC International, juru bicara Kementrian Luar Negeri mengatakan tim negosiator China tetap akan datang ke AS untuk melalukan perundingan. Namun tidak diungkapkan kapan, dan berapa jumlah tim yang berangkat, termasuk apakah Wakil Perdana Menteri, Liu He ada di rombongan itu apa tidak.
Sebelumnya Liu He berencana untuk datang ke Washington pada Rabu (8/5/19) untuk melakukan perundingan terakhir. Namun pasca cuitan Trump, Liu He dikabarkan membatalkan rencananya ke AS.
Sementara itu Goldman Sachs menyatakan meyakini damai dagang masih bisa dicapai, dan menambahkan bahwa kesepakatan lebih mungkin terjadi ketimbang kenaikan tarif impor. Goldman Sachs juga menyebut hal ini akan menjadi perhatian utama investor.
"Indikator jangka pendek yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah delegasi pejabat China datang ke Washington pada 8 Mei, sesuai jadwal. Jika mereka melakukannya, ini akan menunjukkan bahwa mereka percaya kesepakatan adalah hal yang masih masuk akal," kata Goldman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Pada pekan lalu, muncul isu yang cukup kuat jika AS-China akan mengakhiri perang dagang pada Jumat (10/5/19) nanti. Namun hal itu langsung buyar setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif impor baru bagi produk China melalui Twitter Minggu (5/5/19) kemarin.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat," cuitnya.
"Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka [China] berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter.
Dolar AS yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven menguat terhadap lawan-lawan utamanya, kecuali yen, dan membuat indeks dolar menguat 0,15% ke level 97,66 pada pukul 20:40 WIB.
Euro melemah 0,13%, pound turun 0,64%, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia masing-masing melemah lebih dari 0,3%. Hanya yen yang berhasil menguat lawan dolar sebesar 0,18%. Enam mata uang ini merupakan pembentuk indeks dolar, yang dijadikan tolak ukur kekuatan Mata Uang Paman Sam.
Meski sebelumnya China dikabarkan akan membatalkan perundingan dagang di pekan ini. Namun kabar terbaru menyebutkan negosiator negara tersebut tetap akan datang ke Washington.
Mengutip CNBC International, juru bicara Kementrian Luar Negeri mengatakan tim negosiator China tetap akan datang ke AS untuk melalukan perundingan. Namun tidak diungkapkan kapan, dan berapa jumlah tim yang berangkat, termasuk apakah Wakil Perdana Menteri, Liu He ada di rombongan itu apa tidak.
Sebelumnya Liu He berencana untuk datang ke Washington pada Rabu (8/5/19) untuk melakukan perundingan terakhir. Namun pasca cuitan Trump, Liu He dikabarkan membatalkan rencananya ke AS.
Sementara itu Goldman Sachs menyatakan meyakini damai dagang masih bisa dicapai, dan menambahkan bahwa kesepakatan lebih mungkin terjadi ketimbang kenaikan tarif impor. Goldman Sachs juga menyebut hal ini akan menjadi perhatian utama investor.
"Indikator jangka pendek yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah delegasi pejabat China datang ke Washington pada 8 Mei, sesuai jadwal. Jika mereka melakukannya, ini akan menunjukkan bahwa mereka percaya kesepakatan adalah hal yang masih masuk akal," kata Goldman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular