
Saham Erajaya Babak Belur, Anjlok 22% karena Lapkeu Q1-2019
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
02 May 2019 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Erajaya Swasemba Tbk (ERAA) kembali terjun bebas pada perdagangan Kamis ini (2/5/2019). Kinerja kuartal I-2019 yang disampaikan perseroan membuat investor terus melakukan aksi jual saham ini pada perdagangan hari ini.
Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham Erajaya merosot 22,07% ke level Rp 1.130/saham. Volume perdagangan saham tercatat sebanyak 181,94 juta saham dengan nilai transaksi senilai Rp 222 miliar.
Nilai transaksi merupakan jumlah yang sangat besar. Pasalnya secara year to date, nilai rata-rata transaksi harian saham berkode ERAA ini hanya sebesar Rp 59,58 miliar.
Broker yang menjadi penjual terbesar saham ERAA adalah Indo Premier Sekuritas senilai Rp 17,2 miliar, lalu RHB Sekuritas Indonesia senilai Rp 16,7 miliar dan Mirrae Asset Sekuritas Indonesia senilai Rp 10,3 miliar.
Besar kemungkinan rilis kinerja keuangan kuartal I-2019 yang sangat mengecewakan menjadi salah satu penyebabnya.
Hingga akhir Maret 2019 total pendapatan perusahaan anjlok 13,96% year-on-year (YoY) menjadi Rp 7,12 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ERAA pada kuartal pertama tahun ini tersungkur karena bisnis utama perusahaan anjlok 20,23% secara tahunan.
Penjualan telepon selular dan tablet yang memiliki porsi 77,45% terhadap total penjualan hanya mencatatkan perolehan Rp 5,52 triliun dari sebelumnya Rp 6,92 triliun di kuartal I-2018.
Kinerja keuangan perusahaan semakin diperparah dengan melonjaknya beban keuangan yang naik hampir dua kali lipat.
Beban keuangan perusahaan, di mana mayoritas berasal dari beban bunga, mencatatkan kenaikan 98,81% YoY menjadi Rp 100,44 miliar.
Melesatnya beban keuangan, tampaknya disokong dari peningkatan pada utang bank jangka pendek yang tumbuh dari Rp 3,42 triliun di kuartal I-2018, menjadi Rp 4,12 triliun di kuartal pertama tahun ini.
Selanjutnya, pos pemasukan lainnya seperti laba dari entitas asosiasi dan pendapatan lainnya juga membukukan penurunan masing-masing 19,94% dan 25,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Alhasil, ruang untuk menyokong pertumbuhan laba perusahaan tertekan, sehingga ERAA harus pasrah membukukan penurunan laba bersih hingga 73,88% secara tahunan menjadi Rp 56,54 miliar. Otomatis, margin bersih yang dicatatkan perusahaan juga semakin tipis, dimana hanya mencapai 0,79%.
Dengan kinerja keuangan yang terpuruk, wajar jika investor berbarengan mencatatkan aksi jual untuk emiten ERAA.
Pelaku pasar pasti cukup shock karena sepanjang tahun 2018 laba bersih perusahaan meroket 150,43% YoY menjadi Rp 850,09 miliar. Penurunan pada kinerja kuartal I-2019 merupakan indikasi awal bahwa performa keuangan perusahaan tahun ini tidak sebaik tahun lalu.
(hps/tas) Next Article Stock Split ERAA Disetujui, Harga Saham Bakal Jadi Berapa?
Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham Erajaya merosot 22,07% ke level Rp 1.130/saham. Volume perdagangan saham tercatat sebanyak 181,94 juta saham dengan nilai transaksi senilai Rp 222 miliar.
Nilai transaksi merupakan jumlah yang sangat besar. Pasalnya secara year to date, nilai rata-rata transaksi harian saham berkode ERAA ini hanya sebesar Rp 59,58 miliar.
Besar kemungkinan rilis kinerja keuangan kuartal I-2019 yang sangat mengecewakan menjadi salah satu penyebabnya.
Hingga akhir Maret 2019 total pendapatan perusahaan anjlok 13,96% year-on-year (YoY) menjadi Rp 7,12 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ERAA pada kuartal pertama tahun ini tersungkur karena bisnis utama perusahaan anjlok 20,23% secara tahunan.
Penjualan telepon selular dan tablet yang memiliki porsi 77,45% terhadap total penjualan hanya mencatatkan perolehan Rp 5,52 triliun dari sebelumnya Rp 6,92 triliun di kuartal I-2018.
Kinerja keuangan perusahaan semakin diperparah dengan melonjaknya beban keuangan yang naik hampir dua kali lipat.
Beban keuangan perusahaan, di mana mayoritas berasal dari beban bunga, mencatatkan kenaikan 98,81% YoY menjadi Rp 100,44 miliar.
Melesatnya beban keuangan, tampaknya disokong dari peningkatan pada utang bank jangka pendek yang tumbuh dari Rp 3,42 triliun di kuartal I-2018, menjadi Rp 4,12 triliun di kuartal pertama tahun ini.
Selanjutnya, pos pemasukan lainnya seperti laba dari entitas asosiasi dan pendapatan lainnya juga membukukan penurunan masing-masing 19,94% dan 25,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Alhasil, ruang untuk menyokong pertumbuhan laba perusahaan tertekan, sehingga ERAA harus pasrah membukukan penurunan laba bersih hingga 73,88% secara tahunan menjadi Rp 56,54 miliar. Otomatis, margin bersih yang dicatatkan perusahaan juga semakin tipis, dimana hanya mencapai 0,79%.
Dengan kinerja keuangan yang terpuruk, wajar jika investor berbarengan mencatatkan aksi jual untuk emiten ERAA.
Pelaku pasar pasti cukup shock karena sepanjang tahun 2018 laba bersih perusahaan meroket 150,43% YoY menjadi Rp 850,09 miliar. Penurunan pada kinerja kuartal I-2019 merupakan indikasi awal bahwa performa keuangan perusahaan tahun ini tidak sebaik tahun lalu.
(hps/tas) Next Article Stock Split ERAA Disetujui, Harga Saham Bakal Jadi Berapa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular