
Asumsi Makro 2020: PDB Tumbuh 5,6% & Dolar di Rp 15.000
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 April 2019 12:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka sidang kabinet paripurna dengan topik pembahasan ketersediaan anggaran dan pagu indikatif 2020 di Istana Bogor, Selasa (23/4/2019).
Ini merupakan lanjutan dari rapat terbatas ketersediaan anggaran dan pagu indikatif tahun fiskal 2020 yang kemarin digelar di Kantor Presiden, bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengungkap asumsi makro yang akan ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.
"Kita berasumsi pertumbuhan ekonomi akan berkisar 5,3% - 5,6%. Presiden berharap kita bisa pacu sampai 5,6%," kata Sri Mulyani usai sidang kabinet paripurna.
Sementara itu, inflasi diasumsikan tetap terjaga di kisaran 2% - 4%, tingkat bunga SPN 5% - 5,3%, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.000/US$ - Rp 15.000/US$.
"Dari sisi nilai tukar masih bervariasi karena tahun ini kita pakai Rp 15.000 tapi sekarang sudah Rp 14.000. Jadi kita akan menggunakan range yang masih lebar," jelasnya.
Sementara itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, harga minyak akan tetap berada di US$ 60 - US$ 70 per barel atau sama seperti asumsi dalam APBN 2019.
"Untuk lifting minyak kira-kira setara dengan yang selama ini diproduksi meskipun angkanya masih dalam range," kata Sri Mulyani
(dru) Next Article Catat! APBN tak Akan Gali Lubang Tutup Lubang di 2020
Ini merupakan lanjutan dari rapat terbatas ketersediaan anggaran dan pagu indikatif tahun fiskal 2020 yang kemarin digelar di Kantor Presiden, bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengungkap asumsi makro yang akan ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.
Sementara itu, inflasi diasumsikan tetap terjaga di kisaran 2% - 4%, tingkat bunga SPN 5% - 5,3%, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.000/US$ - Rp 15.000/US$.
"Dari sisi nilai tukar masih bervariasi karena tahun ini kita pakai Rp 15.000 tapi sekarang sudah Rp 14.000. Jadi kita akan menggunakan range yang masih lebar," jelasnya.
Sementara itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, harga minyak akan tetap berada di US$ 60 - US$ 70 per barel atau sama seperti asumsi dalam APBN 2019.
"Untuk lifting minyak kira-kira setara dengan yang selama ini diproduksi meskipun angkanya masih dalam range," kata Sri Mulyani
(dru) Next Article Catat! APBN tak Akan Gali Lubang Tutup Lubang di 2020
Most Popular