Adhi Karya Raih Kontrak Rp 3 T di Q1, Siapa Klien Terbesar?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
22 April 2019 17:44
PT Adhi Karya Tk (ADHI) berhasil membukukan kontrak baru mencapai Rp 3 triliun (sebelum dipotong pajak) hingga Maret 2019.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi PT Adhi Karya Tk (ADHI) berhasil membukukan kontrak baru mencapai Rp 3 triliun (sebelum dipotong pajak) hingga Maret 2019.

Perolehan tersebut hampir sama periode yang sama tahun 2018 yang juga mencatatkan kontrak baru sebesar Rp 3,01 triliun.

Dalam laporan kontrak baru di Bursa Efek Indonesia, Senin (22/4/2019), manajemen ADHI menjelaskan realisasi kontrak baru tersebut didominasi oleh Refinery Development Master Plan/RDMP (proyek kilang) untuk kantor dan laboratorium milik PT Pertamina (Persero) dengan nilai kontrak Rp 608 miliar.


Kemudian disusul oleh pembangunan gedung apartemen di Cikunir (Rp 312 miliar) dan pembangunan sulfur jetty dan pekerjaan pengerukan terminal migas (Rp 227,2 miliar).

Proporsi kontrak baru dari sisi lini bisnis juga masih didominasi oleh bisnis konstruksi dan energi sebesar 90,2%, disusul oleh sektor properti 9,4%.

Capaian yang sedikit berbeda dibanding kuartal pertama tahun lalu adalah proporsi tipe proyek dan sumber pendanaan.

Tipe proyek untuk kontrak baru kuartal I-2019 terbesar adalah proyek gedung sebesar 64,3% atau Rp 1,93 triliun, sedangkan tahun lalu pada periode yang sama didominasi oleh proyek jalan, jembatan, dan Light Rail Transit (LRT) yang dengan porsi 66,3% atau Rp 2 triliun.

Lalu, sumber pendanaan kontrak baru awal tahun ini secara umum (95,4%) berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sisanya berasal dari swasta/lainnya.

Hal tersebut berbeda dengan tahun lalu yang sumber pendanaan lebih beragam, yaitu APBN/APBD (5%), BUMN (48,6%), swasta (46,4%).

Di lain sisi, ADHI juga menyampaikan bahwa proyek LRT Jabodetabek Tahap I, per 12 April sudah rampung 61,3%, di mana jalur dengan kemajuan terbesar adalah lintas Cawang-Cibubur yang sudah 81% rampung.

Sepanjang tahun 2018, total pendapatan ADHI tumbuh relatif stabil dengan naik 3,22% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 15,66 triliun dari sebelumnya Rp 15,16 triliun.

Namun perusahaan berhasil mengantongi laba bersih mencapai Rp 644,16 miliar, naik 25% YoY. Alasannya, pos pembiayaan utama seperti beban pokok pendapatan dan beban penjualan, proporsinya berhasil ditekan tahun lalu.

ADHI kini sudah menanggalkan status persero, sudah masuk dalam Holding BUMN Infrastruktur, bersama dengan PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Yodya Karya dengan induk usaha yakni PT Hutama Karya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Ada Covid-19, ADHI Kebanjiran Proyek Baru & Saham Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular