
Minim Katalis, Pound Belum Beranjak dari Level Rendah 3 Pekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 April 2019 16:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Libur perayaan Paskah di pasar Eropa membuat mata uang poundsterling minim katalis pada perdagangan Senin (22/4/19). Dampaknya pound masih belum beranjak dari level terendah tiga pekan.
Pada pukul 14:56 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2993, tidak jauh dari level terendah tiga pekan US$ 1,2978 yang dicapai pada Kamis (18/4/19).
Jika melihat data-data indikator ekonomi dari Inggris sebenarnya bisa menjadi katalis positif bagi pound. Namun tetap saja saat mencapai level terendah tiga pekan ini pound melemah tiga hari beruntun.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan setidaknya empat data yang menunjukkan kekuatan ekonomi Inggris pada pekan lalu.
Rata-rata upah dilaporkan naik sebesar 3,5% dalam tiga bukan hingga Februari 2019, yang menjadi kenaikan tertinggi dalam 10 tahun, dengan tingkat pengangguran sebesar 3,9% (terendah dalam 44 tahun terakhir. Sejak pertengahan 2018, upah pekerja Inggris terus dalam tren meningkat.
Kenaikan harga-harga atau inflasi di Inggris stagnan di level 1,9% di bulan Maret, kenaikan upah yang jauh di atas inflasi tentunya akan bagus untuk daya beli warga Inggris. Data lain menunjukkan penjualan ritel di bulan Maret dilaporkan naik sebesar 1,1%, dari bulan sebelumnya yang naik 0,6%.
Serangkaian data bagus tersebut tetap gagal mendongkrak kinerja pound. Isu Brexit masih menahan mata uang Inggris ini untuk menguat.
Yang paling memukul pound adalah pernyataan pimpinan oposisi dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, yang mengatakan tidak ada kesepakatan yang dicapai antara oposisi dengan pemerintah terkait wilayah pabean di Kepulauan Irlandia (Irish Backstop).
Pemerintah Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri Theresa May sedang berdiskusi dengan oposisi di bawah pimpinan Corby untuk membuat proposal yang bisa diterima banyak pihak.
Pelaku pasar berharap banyak dari diskusi kedua belah pihak, dan akan ada titik terang bagaimana Brexit akan dilakukan.
Pernyataan Corbyn tersebut kembali memicu ketidakjelasan arah Brexit, yang membuat poundsterling menjadi tertekan. Meski demikian pound yang berada di level terendah tiga pekan memiliki peluang menguat, setidaknya karena faktor teknikal, dan kehati-hatian pelaku pasar jelang rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) Jumat (26/4/19) nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Dinamika Politik Inggris Batasi Penguatan Pound
Pada pukul 14:56 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2993, tidak jauh dari level terendah tiga pekan US$ 1,2978 yang dicapai pada Kamis (18/4/19).
Jika melihat data-data indikator ekonomi dari Inggris sebenarnya bisa menjadi katalis positif bagi pound. Namun tetap saja saat mencapai level terendah tiga pekan ini pound melemah tiga hari beruntun.
Rata-rata upah dilaporkan naik sebesar 3,5% dalam tiga bukan hingga Februari 2019, yang menjadi kenaikan tertinggi dalam 10 tahun, dengan tingkat pengangguran sebesar 3,9% (terendah dalam 44 tahun terakhir. Sejak pertengahan 2018, upah pekerja Inggris terus dalam tren meningkat.
Kenaikan harga-harga atau inflasi di Inggris stagnan di level 1,9% di bulan Maret, kenaikan upah yang jauh di atas inflasi tentunya akan bagus untuk daya beli warga Inggris. Data lain menunjukkan penjualan ritel di bulan Maret dilaporkan naik sebesar 1,1%, dari bulan sebelumnya yang naik 0,6%.
Serangkaian data bagus tersebut tetap gagal mendongkrak kinerja pound. Isu Brexit masih menahan mata uang Inggris ini untuk menguat.
Yang paling memukul pound adalah pernyataan pimpinan oposisi dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, yang mengatakan tidak ada kesepakatan yang dicapai antara oposisi dengan pemerintah terkait wilayah pabean di Kepulauan Irlandia (Irish Backstop).
Pemerintah Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri Theresa May sedang berdiskusi dengan oposisi di bawah pimpinan Corby untuk membuat proposal yang bisa diterima banyak pihak.
Pelaku pasar berharap banyak dari diskusi kedua belah pihak, dan akan ada titik terang bagaimana Brexit akan dilakukan.
Pernyataan Corbyn tersebut kembali memicu ketidakjelasan arah Brexit, yang membuat poundsterling menjadi tertekan. Meski demikian pound yang berada di level terendah tiga pekan memiliki peluang menguat, setidaknya karena faktor teknikal, dan kehati-hatian pelaku pasar jelang rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) Jumat (26/4/19) nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Dinamika Politik Inggris Batasi Penguatan Pound
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular