Jelang Natal, Poundsterling ke Titik Teratas Sejak 2,5 Tahun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 December 2020 20:50
Bank of England governor Mark Carney poses with a new polymer five pound note at Whitecross Street Market in London, Britain September 13, 2016. REUTERS/Stefan Wermuth/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Stefan Wermuth)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (24/12/2020) jelang libur hari Raya Natal Jumat besok. Inggris dan Uni Eropa yang diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan dagang hari ini membuat poundsterling melesat.

Melansir data Refinitiv, poundsterling melesat 0,94% ke US$ 1,3619 pada hari ini, mendekati level tertinggi 31 bulan atau 2,5 tahun yang dicapai pekan lalu di US$ 1.3624. Posisi poundsterling sedikit terkoreksi, berada di level US$ 1,3576 pada pukul 20:07 WIB di pasar spot.

Kemarin, Mata Uang Negeri Ratu Elizabeth ini juga naik 1%, sehingga dalam 2 hari meroket nyaris 2%.

CNBC International melaporkan Inggris dan Uni Eropa (UE) dilaporkan berada di tahap akhir kesepakatan dagang, dan kemungkinan akan diumumkan pada Kamis waktu setempat.

Untuk diketahui, Inggris saat ini berada dalam masa transisi keluar dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit. Masa transisi tersebut berlaku hingga 31 Desember mendatang, jika tidak tercapai kesepakatan, maka akan terjadi hard Brexit. Artinya Inggris akan keluar begitu saja tanpa privilege apapun, termasuk akses ke pasar tunggal, dimana produk dari Inggris bisa bebas keluar masuk UE tanpa bea masuk.

Hard Brexit merupakan sesuatu yang ditakutkan pelaku pasar, sebab bisa membawa ekonomi Inggris merosot tajam, juga menyeret ekonomi negara-negara Eropa lainnya.
Dengan adanya kesepakatan dagang, artinya Inggris akan "bercerai baik-baik" dengan Uni Eropa, dan hard Brexit bisa dihindari.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, pasar dibuat lega, setelah berbulan-bulan tanpa kejelasan kemana arah Brexit. Hal tersebut diperparah dengan terjadinya pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat perundingan ditunda beberapa kali.

"Dengan hilangnya risiko utama bagi perekonomian Inggris dalam jangka pendek dan panjang, kesepakatan tersebut membuat aliran investasi yang signifikan ke Inggris dan mendukung pemulihan ekonomi ketika virus corona sudah berhasil diredam. Hal itu juga memberikan pondasi yang kuat unutk pasar saham Inggris dan mata uang poundsterling di tahun 2021," kata Kallum Pickering, ekonom di Berenberg Bank, dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Brexit Hampir Deal, Dolar AS Langsung Bonyok di Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular