
Buat Rekor Buruk, Rupiah Keok Lawan Mata Uang di Semua Benua!

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah mencatat rekor buruk di minggu ini melawan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah sebenarnya stagnan di Rp 14.560/US$, tetapi sudah 9 pekan beruntun tidak pernah menguat secara mingguan. Catatan tersebut merupakan rekor tidak pernah menguat terpanjang sejak September 2015, saat itu rupiah membukukan pelemahan 11 pekan beruntun.
Tidak hanya melawan dolar AS, melawan mata uang dunia lainnya rupiah juga terpuruk. Mata uang Asia, Eropa, hingga Amerika semuanya menguat melawan rupiah.
Mata Uang Garuda paling terpukul melawan dolar Australia di pekan ini, melemah 1,47% dan berada di level terlemah dalam nyaris 7 tahun.
Dari Asia, kinerja rupiah paling buruk melawan yen Jepang dengan pelemahan 0,81%. Kemudian dari Eropa, poundsterling kini kembali ke atas Rp 20.000/GBP, setelah rupiah mengalami pelemahan 0,9 sepanjang pekan ini.
Namun, rupiah paling terpuruk melawan krona Swedia, dengan merosot lebih dari 1%.
Dari benua Amerika, rupiah mengalami pelemahan tipis melawan dolar Kanada, sebesar 0,21%.
Rupiah di pekan ini tertekan meski data dari dalam negeri dirilis tergolong bagus. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021. Hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi pasar.
BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.
Sementara impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy, dan 26,55% mtm.
Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.
Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Bahkan dengan impor yang meroket, memberikan gambaran roda bisnis di dalam negeri mulai terakselerasi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pemulihan Ekonomi Indonesia Tertinggal