
Analisis Teknikal
Dinamika Politik Inggris Batasi Penguatan Pound
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 May 2019 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat pada perdagangan Senin ini (27/5/19) akibat tekanan yang dialami dolar Amerika Serikat (AS) menyusul menguatnya prediksi pemangkasan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed.
Hanya saja, dinamika politik Inggris masih membatasi laju penguatan pound, bahkan katalis negatif ini berpeluang kembali menekan pound.
Setelah Perdana Menteri Theresa May mengumumkan akan mengundurkan diri pada 7 Juni, nama Boris Johnson menduduki peringkat pertama sebagai suksesor May. Namun Boris Johnson bukan orang yang disenangi oleh para investor. Tokoh yang satu ini beraliran sentimen anti Uni Eropa (Eurosceptic) dan pendukung Hard Brexit, atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Sementara itu Pemilu Parlemen Eropa di Inggris, Partai Brexit menjadi partai yang meraih kursi terbanyak, mengalahkan Partai Konservatif dan Partai Buruh. Partai Brexit merupakan partai baru di bawah pimpinan Nigel Farage yang juga tokoh pentolan Eurosceptic.
Mengutanya nama tokoh-tokoh Eurosceptic dalam menempati posisi strategis membuat pelaku pasar cemas akhirnya akan terjadi Hard Brexit, dan tentunya membebani poundsterling.
Analisis Teknikal
Belum ada perubahan secara teknikal jika melihat grafik, harian indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih berada di wilayah negatif yang semakin dalam, ini mengindikasikan tekanan turun yang masih kuat.
Poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau). Namun GBP/USD sudah di atas MA 8 hari (garis merah), yang memberikan sedikit tahanan jika pound kembali turun.
Level kunci masih berada di kisaran US$ 1,2765, kenaikan harga justru memberikan peluang jual (short) kembali selama level kunci tersebut tidak ditembus.
Sementara pada time frame 1 jam, GBP/USD bergerak di bawah MA 8, 21, tetapi sudah di atas MA 125. MACD mulai bergerak turun dan masih berada di wilayah positif. Sementara Stochastic sudah memasuki wilayah jenuh jual (oversold).
Poundsterling kini kembali bergerak di bawah resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1,2735. Selama tertahan di bawah level tersebut pound berpeluang kembali turun ke support (tahanan bawah) US$ 1,2700. Penembusan ke bawah support akan membuka peluang turun ke area US$ 1,2664.
Sementara jika kembali menembus ke atas resisten US$ 1,2735, pound berpeluang menguji level kunci di kisaran US$ 1,2765.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Support Kuat Jebol, Pound Berpeluang Turun Lagi
Hanya saja, dinamika politik Inggris masih membatasi laju penguatan pound, bahkan katalis negatif ini berpeluang kembali menekan pound.
Setelah Perdana Menteri Theresa May mengumumkan akan mengundurkan diri pada 7 Juni, nama Boris Johnson menduduki peringkat pertama sebagai suksesor May. Namun Boris Johnson bukan orang yang disenangi oleh para investor. Tokoh yang satu ini beraliran sentimen anti Uni Eropa (Eurosceptic) dan pendukung Hard Brexit, atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Mengutanya nama tokoh-tokoh Eurosceptic dalam menempati posisi strategis membuat pelaku pasar cemas akhirnya akan terjadi Hard Brexit, dan tentunya membebani poundsterling.
Analisis Teknikal
![]() |
Belum ada perubahan secara teknikal jika melihat grafik, harian indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih berada di wilayah negatif yang semakin dalam, ini mengindikasikan tekanan turun yang masih kuat.
Poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau). Namun GBP/USD sudah di atas MA 8 hari (garis merah), yang memberikan sedikit tahanan jika pound kembali turun.
Level kunci masih berada di kisaran US$ 1,2765, kenaikan harga justru memberikan peluang jual (short) kembali selama level kunci tersebut tidak ditembus.
![]() |
Sementara pada time frame 1 jam, GBP/USD bergerak di bawah MA 8, 21, tetapi sudah di atas MA 125. MACD mulai bergerak turun dan masih berada di wilayah positif. Sementara Stochastic sudah memasuki wilayah jenuh jual (oversold).
Poundsterling kini kembali bergerak di bawah resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1,2735. Selama tertahan di bawah level tersebut pound berpeluang kembali turun ke support (tahanan bawah) US$ 1,2700. Penembusan ke bawah support akan membuka peluang turun ke area US$ 1,2664.
Sementara jika kembali menembus ke atas resisten US$ 1,2735, pound berpeluang menguji level kunci di kisaran US$ 1,2765.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Support Kuat Jebol, Pound Berpeluang Turun Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular