
Darmin Bicara Soal Tendensi Surplus Neraca Dagang RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
15 April 2019 15:14

Tangerang Selatan, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Maret 2019 mencapai US$ 14,03 miliar. Sedangkan nilai impor mencapai US$ 13,49 miliar. Alhasil, neraca perdagangan di Maret 2019 mengalami surplus sebesar US$ 540 juta.
Kendati demikian, surplus itu masih tetap meninggalkan sejumlah catatan. Pasalnya jika diakumulasi selama Januari-Maret 2019 (kuartal I-2019), neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit hingga US$ 193,4 juta. Padahal dalam periode yang sama tahun lalu, neraca perdagangan RI masih bisa membukukan surplus sebesar US$ 314,4 juta.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, neraca dagang bulan lalu harus dilihat secara positif, di mana sepanjang tiga bulan pertama 2019 menunjukkan kecenderungan surplus.
"Itu kan defisitnya di bulan Januari. Februari dan Maret dia surplus kan, artinya tendensinya surplus. Jangan cuma lihat akumulasinya," ujar Darmin usai menghadiri Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/4/2019).
BPS memang mencatat adanya surplus neraca dagang untuk dua bulan berturut-turut, di mana di Februari 2019 terjadi surplus US$ 330 juta dan di Maret 2019 naik menjadi US$ 540 juta. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan neraca di Januari 2019 yang defisitnya mencapai US$ 1,16 miliar.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini pun optimis tren neraca dagang RI di awal tahun ini akan berkontribusi positif pada transaksi berjalan (current account) kuartal I 2019 yang akan diumumkan di Mei mendatang.
"Mestinya CAD [defisit transaksi berjalan] akan membaik. Tentu saja CAD itu tinggal melihat neraca jasa dan beberapa aspek mengenai arus modal. Ke depannya AS mengarah pada resesi, sehingga arus modal malah ke sini datangnya. Kalau arus modal membaik pasti arah transaksi berjalan juga membaik karena di AS arahnya resesi," jelasnya.
Bahkan, tidak hanya di AS, Darmin mengungkapkan data-data perekonomian di Jerman juga menunjukkan indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Padahal Jerman merupakan tulang punggung Uni Eropa (UE). "Oleh karena itu transaksi berjalan mestinya akan membaik," kata Darmin.
Mengutip statistik Neraca Pembayaran Indonesia Bank Indonesia, CAD Indonesia pada kuartal IV 2018 mencapai 3,57 persen, lebih tinggi daripada kuartal III sebesar 3,28 persen. Namun, secara kumulatif, laju CAD sepanjang 2018 masih 2,98 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau senilai US$ 31,1 miliar.
(miq/miq) Next Article Neraca Dagang Maret Memang Surplus, Tapi Jangan Happy Dulu!
Kendati demikian, surplus itu masih tetap meninggalkan sejumlah catatan. Pasalnya jika diakumulasi selama Januari-Maret 2019 (kuartal I-2019), neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit hingga US$ 193,4 juta. Padahal dalam periode yang sama tahun lalu, neraca perdagangan RI masih bisa membukukan surplus sebesar US$ 314,4 juta.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, neraca dagang bulan lalu harus dilihat secara positif, di mana sepanjang tiga bulan pertama 2019 menunjukkan kecenderungan surplus.
BPS memang mencatat adanya surplus neraca dagang untuk dua bulan berturut-turut, di mana di Februari 2019 terjadi surplus US$ 330 juta dan di Maret 2019 naik menjadi US$ 540 juta. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan neraca di Januari 2019 yang defisitnya mencapai US$ 1,16 miliar.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini pun optimis tren neraca dagang RI di awal tahun ini akan berkontribusi positif pada transaksi berjalan (current account) kuartal I 2019 yang akan diumumkan di Mei mendatang.
"Mestinya CAD [defisit transaksi berjalan] akan membaik. Tentu saja CAD itu tinggal melihat neraca jasa dan beberapa aspek mengenai arus modal. Ke depannya AS mengarah pada resesi, sehingga arus modal malah ke sini datangnya. Kalau arus modal membaik pasti arah transaksi berjalan juga membaik karena di AS arahnya resesi," jelasnya.
![]() |
Bahkan, tidak hanya di AS, Darmin mengungkapkan data-data perekonomian di Jerman juga menunjukkan indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Padahal Jerman merupakan tulang punggung Uni Eropa (UE). "Oleh karena itu transaksi berjalan mestinya akan membaik," kata Darmin.
Mengutip statistik Neraca Pembayaran Indonesia Bank Indonesia, CAD Indonesia pada kuartal IV 2018 mencapai 3,57 persen, lebih tinggi daripada kuartal III sebesar 3,28 persen. Namun, secara kumulatif, laju CAD sepanjang 2018 masih 2,98 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau senilai US$ 31,1 miliar.
Simak video terkait surplus neraca perdagangan Maret 2019 di bawah ini.
(miq/miq) Next Article Neraca Dagang Maret Memang Surplus, Tapi Jangan Happy Dulu!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular