Menguat Nyaris 1%, Hari Ini IHSG Terbaik di Asia!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2019 17:22
Menguat Nyaris 1%, Hari Ini IHSG Terbaik di Asia!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini, Selasa (9/4/2019), dengan penguatan sebesar 0,91% ke level 6.484,35 seiring dengan ekspektasi positif pasar saham domestik.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG tak pernah sekalipun merasakan pahitnya zona merah setelah dibuka menguat 0,14% pada perdagangan pagi.

Selain tak pernah memerah hari ini, ternyata IHSG juga menjadi indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia. Walau mayoritas indeks saham kawasan Asia lain juga menghijau, tapi tak ada yang mampu membukukan penguatan setinggi IHSG.



IHSG berhasil bangkit selepas kemarin (8/4/2019) sempat melemah lebih dari 1% pada saat perdagangan intraday dan ditutup melemah 0,75%.

Koreksi yang dalam pada perdagangan kemarin akhirnya membuka ruang bagi pelaku pasar saham Indonesia untuk melakukan aksi beli. Terlebih, kondisi saat ini memang terbilang masih mendukung.

Sepanjang pekan lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang selama 3 hari di Washington, pascanegosiasi yang sebelumnya digelar di Beijing.

Dalam negosiasi pekan lalu di Washington, delegasi AS masih dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China tetap dikomandoi oleh Liu He yang merupakan Wakil Perdana Menteri.

Liu He mengatakan bahwa sebuah konsensus baru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, seperti dilaporkan oleh media milik pemerintah China Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Seperti dilaporkan Xinhua yang dikutip dari CNBC International, Presiden China Xi Jinping, melalui pesan yang dititipkan kepada Liu He mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa kedua belah pihak telah mencapai perkembangan yang baru dan substansial terkait dengan isu-isu penting bidang perdagangan dalam sebulan terakhir.

Xi mengatakan bahwa dirinya berharap kedua belah pihak akan terus bekerja bersama untuk menyelesaikan negosiasi terkait dengan teks kesepakatan dagang secepat mungkin.


Pada pekan ini, dialog dagang kedua negara dilanjutkan melalui video conference.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Jika kedua negara bisa mencapai kesepakatan dagang, ada kemungkinan bahwa pengenaan bea masuk tersebut akan dihapuskan dan mendorong laju perekonomian kedua negara. Hal ini menjadi sangat penting guna mencegah perekonomian China mengalami hard landing pada tahun ini.

Pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini menjadi di kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA >>

Secara sektoral, sektor barang konsumsi (+0,67%) menjadi salah satu sektor utama yang memotori penguatan IHSG.

Saham-saham konsumer menjadi buruan investor seiring dengan penjualan barang-barang ritel yang membukukan kenaikan signifikan.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada hari ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.


Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.

Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.

Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.

Saham-saham konsumer yang diburu investor di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+3,06%), PT Multi Bintang Indonesia Tbk/MLBI (+2,98%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,66%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,79%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+0,65%).

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Aksi beli yang dilakukan investor asing berkontribusi besar dalam mengokohkan IHSG sebagai indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia pada hari ini.

Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 596,6 miliar di pasar saham tanah air, menandai beli bersih yang kelima secara beruntun.

Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan investor asing. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.130/dolar AS. Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,14%.


Dolar AS dilego investor seiring dengan keyakinan yang kian besar bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.

Pasalnya, data ekonomi teranyar yang dirilis di Negeri Paman Sam mengonfirmasi adanya perlambatan ekonomi.

Kemarin, pemesanan produk manufaktur made in USA periode Februari 2019 diumumkan turun 0,5% secara bulanan. Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) menyusul tragedi yang menimpa Boeing.

Tak hanya yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, pelaku pasar juga menaruh harapan yang besar bahwa tingkat suku bunga acuan justru akan dipangkas.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 9 April 2019, terdapat peluang sebesar 36,9% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini. Untuk pemotongan sebesar 50 bps, probabilitasnya berada di level 10,2%.

Tanpa 'bensin' berupa kenaikan suku bunga acuan, praktis dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.

Dari kacamata investor asing, penguatan rupiah berpotensi membuat mereka meraup yang namanya keuntungan dari selisih kurs, disamping juga capital gain.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 82,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 71,3 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 68,6 miliar), PT Mitra Adiperkasa Tbk/MAPI (Rp 65,1 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 30,1 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular