
Menguat Nyaris 1%, Hari Ini IHSG Terbaik di Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2019 17:22

Aksi beli yang dilakukan investor asing berkontribusi besar dalam mengokohkan IHSG sebagai indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia pada hari ini.
Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 596,6 miliar di pasar saham tanah air, menandai beli bersih yang kelima secara beruntun.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan investor asing. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.130/dolar AS. Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,14%.
Dolar AS dilego investor seiring dengan keyakinan yang kian besar bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.
Pasalnya, data ekonomi teranyar yang dirilis di Negeri Paman Sam mengonfirmasi adanya perlambatan ekonomi.
Kemarin, pemesanan produk manufaktur made in USA periode Februari 2019 diumumkan turun 0,5% secara bulanan. Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) menyusul tragedi yang menimpa Boeing.
Tak hanya yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, pelaku pasar juga menaruh harapan yang besar bahwa tingkat suku bunga acuan justru akan dipangkas.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 9 April 2019, terdapat peluang sebesar 36,9% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini. Untuk pemotongan sebesar 50 bps, probabilitasnya berada di level 10,2%.
Tanpa 'bensin' berupa kenaikan suku bunga acuan, praktis dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.
Dari kacamata investor asing, penguatan rupiah berpotensi membuat mereka meraup yang namanya keuntungan dari selisih kurs, disamping juga capital gain.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 82,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 71,3 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 68,6 miliar), PT Mitra Adiperkasa Tbk/MAPI (Rp 65,1 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 30,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 596,6 miliar di pasar saham tanah air, menandai beli bersih yang kelima secara beruntun.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan investor asing. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.130/dolar AS. Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,14%.
Dolar AS dilego investor seiring dengan keyakinan yang kian besar bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.
Pasalnya, data ekonomi teranyar yang dirilis di Negeri Paman Sam mengonfirmasi adanya perlambatan ekonomi.
Kemarin, pemesanan produk manufaktur made in USA periode Februari 2019 diumumkan turun 0,5% secara bulanan. Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) menyusul tragedi yang menimpa Boeing.
Tak hanya yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, pelaku pasar juga menaruh harapan yang besar bahwa tingkat suku bunga acuan justru akan dipangkas.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 9 April 2019, terdapat peluang sebesar 36,9% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini. Untuk pemotongan sebesar 50 bps, probabilitasnya berada di level 10,2%.
Tanpa 'bensin' berupa kenaikan suku bunga acuan, praktis dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.
Dari kacamata investor asing, penguatan rupiah berpotensi membuat mereka meraup yang namanya keuntungan dari selisih kurs, disamping juga capital gain.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 82,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 71,3 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 68,6 miliar), PT Mitra Adiperkasa Tbk/MAPI (Rp 65,1 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 30,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular