
Kurangi Kebutuhan Dolar AS, Jadi Alasan BI Gandeng Filipina
Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
09 April 2019 16:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Di sela-sela pertemuan ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) di Thailand, Bank Indonesia (BI) melakukan pertemuan bilateral dengan Bangko Sentral ng Pilipinas.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas, Benjamin E. Diokno, menandatangani kerangka settlement local currency.
Direktur Departemen Internasional BI Wahyu Pratomo menjelaskan Indonesia sudah memiliki kesepakatan penggunaan local currency dalam transaksi perdagangan dengan Thailand dan Malaysia.
Melalui penandatanganan kerangka settlement local currency dengan Bangko Sentral ng Pilipinas, tentu semakin memperluas penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan.
"Dengan bergabungnya Filipina harapannya semakin banyak local currency digunakan," jelasnya saat Bincang Bareng Media (BBM) seputar pertemuan AFMGM, di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Selasa (9/4/2019).
Namun ia menjelaskan, adanya penandatanganan kesepakatan settlement local currency ini tidak menghapuskan penggunaan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan. Pasalnya, ada komoditas yang lebih mudah jika transaksi perdagangannya menggunakan dolar AS , misalnya saja Crude Palm Oil atau CPO.
Menurut Wahyu, kesepakatan tersebut hanya memberi pilihan pada pelaku usaha (eksportir dan importir) jika ingin menyelesaikan transaksi menggunakan mata uang lokal.
"Tapi tidak dimaksud menggantikan USD, ini hanya opsi bagi pelaku usaha."
"Kalau pakai local currency, kalau terjadi gonjang-ganjing aliran modal keluar tidak terlalu mengganggu transaksi perdagangan di kawasan [ASEAN] dan menjaga stabilitas keuangan."
Wahyu juga menjelaskan kalau pertumbuhan transaksi perdagangan menggunakan local currency cukup baik.
Sepanjang tahun 2018, transaksi perdagangan menggunakan local currency dengan Thailand dan Malaysia, masing-masing mencapai US$ 50 juta dan US$ 130 juta. Saat ini, meski triwulan pertama (Bulan Januari hingga Maret 2019), transaksi perdagangan menggunakan local currency sudah mencapai US$ 10 juta dan US$ 50 juta.
"Ini sudah berjalan sejak 2018, [...] memang persentasenya masih sekitar 1% dari volume perdagangan, tapi perkembangan cukup menggembirakan."
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas, Benjamin E. Diokno, menandatangani kerangka settlement local currency.
Direktur Departemen Internasional BI Wahyu Pratomo menjelaskan Indonesia sudah memiliki kesepakatan penggunaan local currency dalam transaksi perdagangan dengan Thailand dan Malaysia.
![]() |
"Dengan bergabungnya Filipina harapannya semakin banyak local currency digunakan," jelasnya saat Bincang Bareng Media (BBM) seputar pertemuan AFMGM, di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Selasa (9/4/2019).
Namun ia menjelaskan, adanya penandatanganan kesepakatan settlement local currency ini tidak menghapuskan penggunaan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan. Pasalnya, ada komoditas yang lebih mudah jika transaksi perdagangannya menggunakan dolar AS , misalnya saja Crude Palm Oil atau CPO.
Menurut Wahyu, kesepakatan tersebut hanya memberi pilihan pada pelaku usaha (eksportir dan importir) jika ingin menyelesaikan transaksi menggunakan mata uang lokal.
"Tapi tidak dimaksud menggantikan USD, ini hanya opsi bagi pelaku usaha."
"Kalau pakai local currency, kalau terjadi gonjang-ganjing aliran modal keluar tidak terlalu mengganggu transaksi perdagangan di kawasan [ASEAN] dan menjaga stabilitas keuangan."
Wahyu juga menjelaskan kalau pertumbuhan transaksi perdagangan menggunakan local currency cukup baik.
Sepanjang tahun 2018, transaksi perdagangan menggunakan local currency dengan Thailand dan Malaysia, masing-masing mencapai US$ 50 juta dan US$ 130 juta. Saat ini, meski triwulan pertama (Bulan Januari hingga Maret 2019), transaksi perdagangan menggunakan local currency sudah mencapai US$ 10 juta dan US$ 50 juta.
"Ini sudah berjalan sejak 2018, [...] memang persentasenya masih sekitar 1% dari volume perdagangan, tapi perkembangan cukup menggembirakan."
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Most Popular