
Senasib dengan Anak Usaha, Laba Barito Pacific Anjlok 53,16%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 March 2019 11:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten petrokimia dan energi, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatatkan nasib yang serupa dengan anak usahanya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), yang mencatatkan penurunan laba bersih signifikan sebesar 53,16% secara year-on-year (YOY). Padahal pada 2017, laba bersih perusahaan tumbuh 2,73% YoY.
Laba bersih perusahaan turun menjadi US$ 72,23 juta atau setara Rp 1,01 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari jumlah laba bersih periode sebelumnya sebesar US$ 154,2 juta.
Kenaikan capaian pendapatan (top line) Barito tahun 2018, nampaknya belum bisa mensubtitusi peningkatan signifikan pada pos beban perusahaan.
Pada tahun 2018, pendapatan Barito sebenarnya berhasil tumbuh 7,84% YoY menjadi US$ 3,07 miliar dari yang sebelumnya US$ 2,85 miliar. Namun, pertumbuhan pendapatan tahun lalu masih kalah jauh dari pertumbuhan yang dicatatkan pada tahun 2017 dan 2016 masing-masing sebesar 35,43% YoY dan 44,7% YoY.
Penjualan dalam negeri produk kimia yang memiliki porsi terbesar pada pos penjualan perusahaan memang berhasil tumbuh 15,68% menjadi US$ 2,43 miliar. Akan tetapi, penjualan ekspor produk petrokimia dan industri pengolahan kayu tahun lalu anjlok.
Alhasil, pos pendapatan perusahaan tumbuh terbatas tahun lalu.
Capaian pendapatan Barito Pacific pada penjualan ekspor produk petrokimia tahun lalu anjlok 14,35% YoY menjadi haya US$ 637,88 juta. Selain itu, pendapatan dari industri pengolahan kayu juga menurun menjadi US$ 6.03 juta dari yang sebelumnya US$ 6,8 juta.
Kinerja keuangan perusahaan semakin diperparah dengan peningkatan proporsi pada pos pembiayaan.
Pada pos beban pokok pendapatan rasio pembiayaan naik 73,81% dari yang sebelumnya 69.19%. Peningkatan tersebut disokong oleh tingginya biaya beban produksi petrokimia, beban dari industri pengolahan kayu, meningkatnya sisa produk yang tidak mampu dijual (persediaan).
Sebagai informasi, rasio pada pos pembiayaan adalah proporsi biaya/beban terhadap total pendapatan. Jika rasio pembiayaan semakin tinggi, maka otomatis marjin yang dikantongi perusahaan semakin rendah. Alhasil, capaian laba bersih pasti berkurang.
Beban keuangan perusahaan juga naik signifikan sebesar 25,30% YoY menjadi US$ 208,35 juta. Pertumbuhan signifikan ini disebabkan Chandra Asri kembali merilis obligasi berkelanjutan mereka dengan total nilai sebesar US$ 68,38 juta. Perusahaan juga mencatatkan utang jangka panjang tambahan dalam bentuk senior secured notes sebesar US$ 559,2 juta.
Lebih lanjut, BRPT mencatatkan kerugian akibat penghentian aktifitas usaha entitas anak sebesar -US$ 16,1 juta dari yang sebelumnya -US$ 5,14 juta.
Kerugian ini dicatatkan karena tahun lalu, PT Royal Indo Mandiri (RIM) menjual 95% kepemilikannya atas 3 anak usaha yang menangani kegiatan operasi perkebunan Barito Pacific.
Di akhir periode tersebut total aset perusahaan naik menjadi US$ 7,04 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 6,87 miliar. Terdiri dari aset lancar US$ 2,04 miliar dan aset tak lancar US$ 5 miliar.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik tipis menjadi US$ 4,34 miliar, dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,2 miliar. Dengan liabilitas jangka pendek senilai US$ 1,17 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 3,17 miliar juta.
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai US$ 7,04 miliar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Barito Pacific Dapat Utang Rp 2,9 T dari Barclays dan DBS
Laba bersih perusahaan turun menjadi US$ 72,23 juta atau setara Rp 1,01 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari jumlah laba bersih periode sebelumnya sebesar US$ 154,2 juta.
Kenaikan capaian pendapatan (top line) Barito tahun 2018, nampaknya belum bisa mensubtitusi peningkatan signifikan pada pos beban perusahaan.
Penjualan dalam negeri produk kimia yang memiliki porsi terbesar pada pos penjualan perusahaan memang berhasil tumbuh 15,68% menjadi US$ 2,43 miliar. Akan tetapi, penjualan ekspor produk petrokimia dan industri pengolahan kayu tahun lalu anjlok.
Alhasil, pos pendapatan perusahaan tumbuh terbatas tahun lalu.
Capaian pendapatan Barito Pacific pada penjualan ekspor produk petrokimia tahun lalu anjlok 14,35% YoY menjadi haya US$ 637,88 juta. Selain itu, pendapatan dari industri pengolahan kayu juga menurun menjadi US$ 6.03 juta dari yang sebelumnya US$ 6,8 juta.
Kinerja keuangan perusahaan semakin diperparah dengan peningkatan proporsi pada pos pembiayaan.
Pada pos beban pokok pendapatan rasio pembiayaan naik 73,81% dari yang sebelumnya 69.19%. Peningkatan tersebut disokong oleh tingginya biaya beban produksi petrokimia, beban dari industri pengolahan kayu, meningkatnya sisa produk yang tidak mampu dijual (persediaan).
Sebagai informasi, rasio pada pos pembiayaan adalah proporsi biaya/beban terhadap total pendapatan. Jika rasio pembiayaan semakin tinggi, maka otomatis marjin yang dikantongi perusahaan semakin rendah. Alhasil, capaian laba bersih pasti berkurang.
Beban keuangan perusahaan juga naik signifikan sebesar 25,30% YoY menjadi US$ 208,35 juta. Pertumbuhan signifikan ini disebabkan Chandra Asri kembali merilis obligasi berkelanjutan mereka dengan total nilai sebesar US$ 68,38 juta. Perusahaan juga mencatatkan utang jangka panjang tambahan dalam bentuk senior secured notes sebesar US$ 559,2 juta.
Lebih lanjut, BRPT mencatatkan kerugian akibat penghentian aktifitas usaha entitas anak sebesar -US$ 16,1 juta dari yang sebelumnya -US$ 5,14 juta.
Kerugian ini dicatatkan karena tahun lalu, PT Royal Indo Mandiri (RIM) menjual 95% kepemilikannya atas 3 anak usaha yang menangani kegiatan operasi perkebunan Barito Pacific.
Di akhir periode tersebut total aset perusahaan naik menjadi US$ 7,04 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 6,87 miliar. Terdiri dari aset lancar US$ 2,04 miliar dan aset tak lancar US$ 5 miliar.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik tipis menjadi US$ 4,34 miliar, dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,2 miliar. Dengan liabilitas jangka pendek senilai US$ 1,17 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 3,17 miliar juta.
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai US$ 7,04 miliar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Barito Pacific Dapat Utang Rp 2,9 T dari Barclays dan DBS
Most Popular