
Prajogo Pangestu Tekor, Laba Barito Pacific Q1 Anjlok 80,37%
Houtmand P Saragih & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
31 May 2019 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa keuangan dari anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang melemah ikut mempengaruhi kinerja perseroan pada kuartal I-2019.
Barito Pacific membukukan penurunan laba bersih yang lebih dalam hingga 80,37% secara tahunan pada kuartal I-2019 dari laba US$ 29,59 juta menjadi hanya US$ 5,81 juta atau setara Rp 82,97 miliar. Dengan demikian perusahaan hanya mampu mencatatkan margin bersih hanya 0,86% dari sebelumnya 3,58%.
Untuk diketahui laba bersih yang dimaksud adalah laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Dengan demikian, margin bersih dihitung dengan membagi laba tersebut dengan total pemasukan perusahaan.
Sebelumnya, anak usaha Barito Pacific, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatatkan koreksi laba bersih untuk entitas induk hingga 76,36% year-on-year (YoY) menjadi US$ 17,27 juta atau setara Rp 246,64 miliar (asumsi kurs Rp 14.286/US$).
Jika ditilik lebih detil, laba bersih BRPT terperosok sangat dalam salah satunya disebabkan karena porsi keuntungan untuk kepentingan non-pengendali di kuartal I-2019 lebih besar menjadi 83,99% dari total laba berjalan, dari sebelumnya hanya 66,74% di kuartal I-2018. Alhasil, porsi keuntungan yang diterima BRPT sebagai entitas induk terkikis.
Sebagai informasi, laba bersih tahun berjalan perusahaan pada periode ini hanya tercatat turun 59,24% secara tahunan menjadi US$ 36,27 juta.
Di lain pihak, laba bersih perusahaan anjlok seiring dengan penurunan yang dibukukan pada pos pemasukan BRPT. Hingga akhir Maret 2019, perusahaan milik Prajogo Pangestu membukukan penurunan pendapatan hingga 17,82% YoY menjadi US$ 679,24 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 826,53 juta.
Jika dirinci, momok penurunan jumlah pemasukan perusahaan adalah menurunnya penjualan dari lini usaha petrokimia dan uap (bagian dari lini usaha energi) yang masing-masing turun 20,56% YoY dan 9,67% YoY. Sedangkan lini usaha energi secara total hanya terkoreksi tipis 2,82% YoY.
Sementara itu,pemasukan dari permintaan domestik masih memberikan kontribusi terbesar mencapai 79,73% dibandingkan penjualan ekspor yang hanya memiliki porsi 20,27%.
Pencapaian tersebut bisa dibilang sangat mengecewakan. Pasalnya, dengan selesainya proses akuisisi BRPT atas Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGPL), pemasukan perusahaan diekspektasi meningkat.
Sebagai informasi, capaian pemasukan kuartal I-2018 yang tercatat pada laporan keuangan interim kuartal I-2019, adalah nilai yang disajikan kembali setelah menggabungkan kinerja SEGPHL.
Nah, tanpa penggabungan tersebut, total pendapatan kuartal pertama tahun lalu sejatinya hanya US$ 697,54 juta, tidak berbeda jauh dengan perolehan tahun ini.
Lebih lanjut, faktor lainnya yang menekan kinerja laba perusahaan adalah pos beban keuangan dan kerugian entitas asosiasi yang masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 5,55% YoY dan 700,86% YoY.
TIM RISEST CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article Senasib dengan Anak Usaha, Laba Barito Pacific Anjlok 53,16%
Barito Pacific membukukan penurunan laba bersih yang lebih dalam hingga 80,37% secara tahunan pada kuartal I-2019 dari laba US$ 29,59 juta menjadi hanya US$ 5,81 juta atau setara Rp 82,97 miliar. Dengan demikian perusahaan hanya mampu mencatatkan margin bersih hanya 0,86% dari sebelumnya 3,58%.
Untuk diketahui laba bersih yang dimaksud adalah laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Dengan demikian, margin bersih dihitung dengan membagi laba tersebut dengan total pemasukan perusahaan.
Sebelumnya, anak usaha Barito Pacific, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatatkan koreksi laba bersih untuk entitas induk hingga 76,36% year-on-year (YoY) menjadi US$ 17,27 juta atau setara Rp 246,64 miliar (asumsi kurs Rp 14.286/US$).
Sebagai informasi, laba bersih tahun berjalan perusahaan pada periode ini hanya tercatat turun 59,24% secara tahunan menjadi US$ 36,27 juta.
Di lain pihak, laba bersih perusahaan anjlok seiring dengan penurunan yang dibukukan pada pos pemasukan BRPT. Hingga akhir Maret 2019, perusahaan milik Prajogo Pangestu membukukan penurunan pendapatan hingga 17,82% YoY menjadi US$ 679,24 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 826,53 juta.
Jika dirinci, momok penurunan jumlah pemasukan perusahaan adalah menurunnya penjualan dari lini usaha petrokimia dan uap (bagian dari lini usaha energi) yang masing-masing turun 20,56% YoY dan 9,67% YoY. Sedangkan lini usaha energi secara total hanya terkoreksi tipis 2,82% YoY.
Sementara itu,pemasukan dari permintaan domestik masih memberikan kontribusi terbesar mencapai 79,73% dibandingkan penjualan ekspor yang hanya memiliki porsi 20,27%.
Pencapaian tersebut bisa dibilang sangat mengecewakan. Pasalnya, dengan selesainya proses akuisisi BRPT atas Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGPL), pemasukan perusahaan diekspektasi meningkat.
Sebagai informasi, capaian pemasukan kuartal I-2018 yang tercatat pada laporan keuangan interim kuartal I-2019, adalah nilai yang disajikan kembali setelah menggabungkan kinerja SEGPHL.
Nah, tanpa penggabungan tersebut, total pendapatan kuartal pertama tahun lalu sejatinya hanya US$ 697,54 juta, tidak berbeda jauh dengan perolehan tahun ini.
Lebih lanjut, faktor lainnya yang menekan kinerja laba perusahaan adalah pos beban keuangan dan kerugian entitas asosiasi yang masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 5,55% YoY dan 700,86% YoY.
TIM RISEST CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article Senasib dengan Anak Usaha, Laba Barito Pacific Anjlok 53,16%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular