
Berkat Inggris, Yen Kembali Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 March 2019 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang kembali menguat sejak perdagangan Rabu (27/3/19) dan berlanjut hingga pagi ini Kamis (28/3/19).
Mengutip kuotasi MetaTrader 5, pada pukul 7:40 WIB yen diperdagangkan di kisaran 110,30/US$ atau menguat dibandingkan penutupan Rabu di level 110,44/US$.
Pelemahan bursa saham kembali meningkatkan daya tarik mata uang yang bergelar safe haven ini. Kecemasan akan resesi masih menjadi isu utama yang menekan aset-aset berisiko, hal tersebut diperburuk dengan kisruh politik di Inggris.
Wall Street pada perdagangan Rabu berakhir di zona merah, dan bursa Asia kemungkinan akan menyusul pada hari ini.
Yield obligasi AS tenor 10 tahun kembali turun dan berada di level terendah sejak Desember 2017. Obligasi AS terus mengalami inversi dimana yield tenor 10 tahun lebih rendah dari tenor 3 bulan.
Mengutip CNBC International, berdasarkan data dari Reuters dalam 50 tahun terakhir setiap kali inversi dua yield ini muncul Amerika Serikat pada akhirnya mengalami resesi. Dikatakan dalam rentang waktu tersebut hanya satu kali AS berhasil lolos dari resesi pasca-munculnya inversi.
Kecemasan akan resesi tidak hanya dialami oleh AS, Eropa terlebih dahulu diprediksi akan mengalami resesi khususnya jika terjadi no-deal Brexit atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun.
Masa depan Inggris masih tidak jelas setelah Parlemen Inggris gagal meraih kata sepakat untuk membuat proposal alternatif Brexit. Pada hari Rabu waktu setempat, Parlemen sejatinya membuat delapan proposal alternatif, namun dalam voting yang dilakukan tidak satupun proposal yang berhasil meraih suara mayoritas.
Gerah dengan Parlemen Inggris sepertinya membuat Perdana Menteri Inggris Theresa May mengambil langkah terakhir. PM May mengumumkan akan mengundurkan diri seandainya proposal yang ia buat mendapat dukungan dari Parlemen Inggris. Ia berharap Inggris akan mendapat penundaan Brexit hingga 22 Mei, dan Perdana Menteri yang baru bisa melanjutkan negosiasi dengan Uni Eropa.
Namun Parlemen Inggris hingga saat ini belum merespons hal tersebut, terakhir mereka masih berencana untuk mengurangi jumlah alternatif proposal dan melakukan voting ulang pada hari Senin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Dolar AS Cenderung Melemah Dihadapan Mata Uang Utama Dunia
Mengutip kuotasi MetaTrader 5, pada pukul 7:40 WIB yen diperdagangkan di kisaran 110,30/US$ atau menguat dibandingkan penutupan Rabu di level 110,44/US$.
Pelemahan bursa saham kembali meningkatkan daya tarik mata uang yang bergelar safe haven ini. Kecemasan akan resesi masih menjadi isu utama yang menekan aset-aset berisiko, hal tersebut diperburuk dengan kisruh politik di Inggris.
Yield obligasi AS tenor 10 tahun kembali turun dan berada di level terendah sejak Desember 2017. Obligasi AS terus mengalami inversi dimana yield tenor 10 tahun lebih rendah dari tenor 3 bulan.
Mengutip CNBC International, berdasarkan data dari Reuters dalam 50 tahun terakhir setiap kali inversi dua yield ini muncul Amerika Serikat pada akhirnya mengalami resesi. Dikatakan dalam rentang waktu tersebut hanya satu kali AS berhasil lolos dari resesi pasca-munculnya inversi.
Kecemasan akan resesi tidak hanya dialami oleh AS, Eropa terlebih dahulu diprediksi akan mengalami resesi khususnya jika terjadi no-deal Brexit atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun.
Masa depan Inggris masih tidak jelas setelah Parlemen Inggris gagal meraih kata sepakat untuk membuat proposal alternatif Brexit. Pada hari Rabu waktu setempat, Parlemen sejatinya membuat delapan proposal alternatif, namun dalam voting yang dilakukan tidak satupun proposal yang berhasil meraih suara mayoritas.
Gerah dengan Parlemen Inggris sepertinya membuat Perdana Menteri Inggris Theresa May mengambil langkah terakhir. PM May mengumumkan akan mengundurkan diri seandainya proposal yang ia buat mendapat dukungan dari Parlemen Inggris. Ia berharap Inggris akan mendapat penundaan Brexit hingga 22 Mei, dan Perdana Menteri yang baru bisa melanjutkan negosiasi dengan Uni Eropa.
Namun Parlemen Inggris hingga saat ini belum merespons hal tersebut, terakhir mereka masih berencana untuk mengurangi jumlah alternatif proposal dan melakukan voting ulang pada hari Senin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Dolar AS Cenderung Melemah Dihadapan Mata Uang Utama Dunia
Most Popular