
Investor Lari ke Obligasi, Wall Street Rontok
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
28 March 2019 06:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street berguguran, Rabu (27/3/2019), setelah para investor lebih memilih menempatkan dananya di obligasi pemerintah di tengah kekhawatiran akan melambatnya perekonomian.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,13%, S&P 500 turun 0,46%, sementara Nasdaq Composite jatuh 0,63% di akhir perdagangan.
Yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar turun ke level 2,386% dan menyentuh posisi terendahnya sejak 15 Desember 2017.
Para investor menaruh perhatian besar terhadap suku bunga obligasi setelah yield surat utang bertenor 10 tahun berada di bawah tenor 3 bulan (inversi yield) yang dipandang sebagai pertanda akan datangnya resesi.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut.
Kurva yield obligasi AS telah terinversi sebelum semua resesi yang terjadi dalam 50 tahun terakhir kecuali hanya satu kali dalam periode itu, menurut data Reuters yang dikutip CNBC International.
Para investor lebih memilih obligasi setelah data ekonomi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin tengah melambat.
Laba industri China mengalami penurunan terdalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau jatuh sekitar 14% sepanjang tahun 2019. Data yang dirilis hari Selasa juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
"Kita membutuhkan pertumbuhan global yang lebih stabil untuk membantu mendorong bursa saham ke level yang lebih tinggi," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam sebuah catatan riset.
"Pasar uang dan obligasi terus memberikan sinyal peringatan di pasar ini, dan hingga pasar obligasi membaik, saya rasa akan sulit bagi bursa saham untuk mencatatkan reli yang berkelanjutan."
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average melemah 0,13%, S&P 500 turun 0,46%, sementara Nasdaq Composite jatuh 0,63% di akhir perdagangan.
Yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar turun ke level 2,386% dan menyentuh posisi terendahnya sejak 15 Desember 2017.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut.
Kurva yield obligasi AS telah terinversi sebelum semua resesi yang terjadi dalam 50 tahun terakhir kecuali hanya satu kali dalam periode itu, menurut data Reuters yang dikutip CNBC International.
Para investor lebih memilih obligasi setelah data ekonomi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin tengah melambat.
Laba industri China mengalami penurunan terdalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau jatuh sekitar 14% sepanjang tahun 2019. Data yang dirilis hari Selasa juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
"Kita membutuhkan pertumbuhan global yang lebih stabil untuk membantu mendorong bursa saham ke level yang lebih tinggi," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam sebuah catatan riset.
"Pasar uang dan obligasi terus memberikan sinyal peringatan di pasar ini, dan hingga pasar obligasi membaik, saya rasa akan sulit bagi bursa saham untuk mencatatkan reli yang berkelanjutan."
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular