Yen Bergerak di Level Terkuat dalam 5 Pekan Terakhir

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 March 2019 08:02
Pada awal perdagangan hari ini, Selasa (26/3/19), pukul 7:11 WIB, yen ditransaksikan di kisaran 110,07/US$.
Foto: Yen (REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs yen terhadap dolar AS terlihat bergerak di level terkuat dalam lima pekan terakhir sejak perdagangan Senin (25/3/19) kemarin. Pada awal perdagangan hari ini, Selasa (26/3/19), pukul 7:11 WIB, yen ditransaksikan di kisaran 110,07/US$.

Area konsolidasi yen sejak Senin berada di kisaran 109,70 - 110,23/US$.


Isu resesi Amerika Serikat menjadi topik utama penggerak pasar Senin kemarin, dan juga masih akan berpengaruh hingga perdagangan hari ini. Inversi atau imbal hasil obligasi AS tenor 3 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan tenor 10 tahun menjadi pemicu spekulasi AS akan mengalami resesi dalam beberapa bulan ke depan.

Sejarah menunjukkan kali terakhir inversi dua yield ini muncul di Januari 2007, AS akhirnya mengalami resesi di akhir 2008.

Pimpinan Federal Reserve Chicago, Charles Evans, saat berbicara dalam acara Credit Suisse Asian Investment Conference di Hong Kong, mengesampingkan kemungkinan resesi yang dialami AS.

Fed Evans mengatakan memang perekonomian AS mengalami pelambatan yang signifikan, dari tahun lalu sekitar 3,1%, sementara di tahun ini ia melihat pertumbuhan di kisaran 1,57% - 2,00%. Namun secara keseluruhan perekonomian AS dikatakan cukup bagus, dengan pasar tenaga kerja yang masih kuat dan belanja konsumen yang cukup tinggi.


Meski Fed Evans mengesampingkan potensi terjadinya resesi, hal tersebut tidak menyurutkan spekulasi The Fed akan memangkas suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR) di tahun ini. Melihat perangkat FedWatch tool miliki CME Group, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Desember kini menduduki peringkat teratas.

Yen Bergerak di Level Terkuat dalam 5 Pekan TerakhirFoto: Probabilitas Suku Bunga The Fed (Foto: CNBC Indonesia/ Putu Agus Pansuamitra)
Bagan di atas menunjukkan pada Senin kemarin pelaku pasar melihat peluang FFR di pangkas menjadi 2,00% - 2,25% sebesar 41,3% saat The Fed mengumumkan suku bunga 11 Desember waktu setempat atau 12 Desember waktu Indonesia.

Tidak hanya itu, peluang The Fed memangkas FFR sebesar 50 basis poin menjadi 1,75% - 2,00% juga cukup tinggi sebesar 22,2%, tidak terlalu jauh dengan probabilitas FFR dipertahankan sebesar 29,7%.

The Fed sebelumnya menjadi bank sentral terdepan yang melakukan pengetatan moneter, namun kini kondisinya sepertinya telah berbalik, dan sejalan dengan bank sentral utama lainnya yang bersikap dovish.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(prm) Next Article Dolar AS Cenderung Melemah Dihadapan Mata Uang Utama Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular