
Risiko Ekonomi Global Meningkat, Obligasi Ditutup Variatif
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 March 2019 20:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah pada perdagangan hari Rabu (27/3/2019) ditutup bervariasi. Data yang dihimpun oleh Refintiv menujukan perubahan harga Surat Utang negara (SUN) yang tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengubah tingkat imbal hasil (yield).
Sebagai informasi, yield seringkali digunakan sebagai acuan harga karena dapat merepresentasikan harga, risiko dan kupon dalam satu nilai.
Empat seri obligasi pemerintah yang menjadi acuan adalah FR0063 (tenor 5 tahun), FR0064 (tenor 10 tahun), FR0068 (tenor 15 tahun), dan FR0079 (tenor 20 tahun).
Hari ini, FR0077 dan FR0078 masih membukukan penguatan, dengan koreksi nilai yield masing-masing sebesar 3,3 dan 0,3 basis poin (bps). Sedangkan untuk FR0086 dan FR0079 harus rela melemah dengan peningkatan yield masing-masing sebesar 4,5 dan 0,7 bps.
Rata-rata pergerakan nilai yield hari ini adalah positif 0,4 bps, yang mencerminkan kondisi pelemahan harga obligasi secara umum.
Selain itu investor juga masih melihat risiko jangka panjang perekonomian Indonesia lebih rentan ketimbang jangka pendeknya. Alhasil yield untuk seri obligasi jangka panjang naik.
Salah satu faktor yang membuat beberapa seri obligasi pemerintah melemah adalah meningkatnya risiko yang menghantui perekonomian global. Nasib brexit yang masih di ujung tanduk membuat investor enggan untuk berinvestasi pada instrumen berisiko.
Pasalnya bila sampai Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan apapun, alias No Deal Brexit, maka perekonomian Negeri Ratu Elizabeth terancam terkontraksi.
Mengingat Inggris merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia, maka dampaknya pun akan dirasakan negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Alhasil, investor gencar memburu safe haven, yang salah satunya adalah dolar AS.
Hingga sore hari, Dollar Index yang mencerminkan posisi dolar terhadap enam mata uang utama dunia menguat 0,15%. Alhasil rupiah tak berdaya. Harus rela terkoreksi 0,18%, yang ikut menarik pasar keuangan di Indonesia ke bawah.
Sumber: Refinitiv
Yield U.S. Treasury dengan tenor 10 tahun masih mengalami penurunan ke posisi 2,398% dari posisi kemarin (26/3/2019) yang sebesar 2,453%. Penguatan nilai dolar diprediksi menjadi sentimen yang memberi dorongan pada harga obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Selain itu inversi juga masih terjadi pada obligasi dengan tenor 3 tahun-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Sebagai informasi, yield seringkali digunakan sebagai acuan harga karena dapat merepresentasikan harga, risiko dan kupon dalam satu nilai.
Empat seri obligasi pemerintah yang menjadi acuan adalah FR0063 (tenor 5 tahun), FR0064 (tenor 10 tahun), FR0068 (tenor 15 tahun), dan FR0079 (tenor 20 tahun).
Rata-rata pergerakan nilai yield hari ini adalah positif 0,4 bps, yang mencerminkan kondisi pelemahan harga obligasi secara umum.
Selain itu investor juga masih melihat risiko jangka panjang perekonomian Indonesia lebih rentan ketimbang jangka pendeknya. Alhasil yield untuk seri obligasi jangka panjang naik.
Yield Obligasi Negara Acuan 27 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 26 Mar 2019 (%) | Yield 27 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 27 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7,107 | 7,074 | -3,30 | 7,034 |
FR0078 | 10 tahun | 7,625 | 7,622 | -0,30 | 7,591 |
FR0068 | 15 tahun | 8,032 | 8,077 | 4,50 | 8,006 |
FR0079 | 20 tahun | 8,114 | 8,121 | 0,70 | 8,105 |
Avg movement | 0,40 | ||||
Sumber: Refinitiv |
Salah satu faktor yang membuat beberapa seri obligasi pemerintah melemah adalah meningkatnya risiko yang menghantui perekonomian global. Nasib brexit yang masih di ujung tanduk membuat investor enggan untuk berinvestasi pada instrumen berisiko.
Pasalnya bila sampai Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan apapun, alias No Deal Brexit, maka perekonomian Negeri Ratu Elizabeth terancam terkontraksi.
Mengingat Inggris merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia, maka dampaknya pun akan dirasakan negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Alhasil, investor gencar memburu safe haven, yang salah satunya adalah dolar AS.
Hingga sore hari, Dollar Index yang mencerminkan posisi dolar terhadap enam mata uang utama dunia menguat 0,15%. Alhasil rupiah tak berdaya. Harus rela terkoreksi 0,18%, yang ikut menarik pasar keuangan di Indonesia ke bawah.
Yield US Treasury Acuan 27 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 26 Mar 2019 (%) | Yield 27 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2,461 | 2,456 | 3 bulan-5 tahun | 28,3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2,299 | 2,216 | 2 tahun-5 tahun | 4,3 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2,230 | 2,156 | 3 tahun-5 tahun | -1,7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2,240 | 2,173 | 3 bulan-10 tahun | 5,8 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2,453 | 2,398 | 2 tahun-10 tahun | -18,2 |
Yield U.S. Treasury dengan tenor 10 tahun masih mengalami penurunan ke posisi 2,398% dari posisi kemarin (26/3/2019) yang sebesar 2,453%. Penguatan nilai dolar diprediksi menjadi sentimen yang memberi dorongan pada harga obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Selain itu inversi juga masih terjadi pada obligasi dengan tenor 3 tahun-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular