
Gagal Bertahan, Dolar Australia Kini Berbalik Tertekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 March 2019 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia sempat menembus level tertinggi sejak 27 Februari lalu di kisaran US$0,7167 pada perdagangan Kamis kemarin (21/3/19) pascarilis data tenaga kerja yang lebih bagus dari perkiraan pelaku pasar.
Namun seiring berjalannya waktu, dolar Australia gagal mempertahankan penguatan tersebut dan berbalik turun hingga mengakhiri perdagangan di kisaran US$0,7110 atau melemah 0,2%.
Tekanan terhadap nilai tukar dolar Australia terlihat berlanjut di awal perdagangan hari ini, Jumat (22/3/19) pada pukul 8:03 WIB yang diperdagangkan di kisaran US$0,7099, atau melemah sekitar 0,15%.
Rilis data tenaga kerja yang di luar ekspektasi pasar itu sepertinya belum cukup mendongkrak kinerja dolar Australia.
Pasalnya, pelaku pasar mencermati pernyataan bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), mengenai ketidakselarasan antara pasar tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi.
Meski tingkat pengangguran kini berada di level terendah dalam 8 tahun, namun pertumbuhan ekonomi Australia justru melambat.
Rilis data pertumbuhan ekonomi atau gross domestic product (GDP) yang dilaporkan oleh Biro Statistik Australia di awal bulan ini menunjukkan angka 0,2%.
Data GDP untuk kuartal-IV 2018 tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal-III 2016. Hingga akhir kuartal-I tahun ini, belum ada tanda-tanda membaikknya ekonomi Australia, sehingga pasar tenaga kerja diperkirakan akan kembali melemah.
Rilis data indeks harga rumah pada Selasa (19/3/19) lalu juga menunjukkan penurunan sebesar 2,4% di kuartal-IV 2018. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak data ini mulai dicatat pada akhir 2003.
Pada pagi tadi, Markit melaporkan penurunan indeks aktivitas manufaktur yang dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Australia di bulan ini menjadi 52,9 dari bulan Februari sebesar 52,9.
Sementara pada periode yang sama, indeks aktivitas sektor jasa dirilis naik menjadi 49,8 dari sebelumnya 48,7, tetapi masih di bawah angka 50. Angka indeks di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau terjadi penurunan aktivitas, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.
Di sisi lain, dolar AS mendapat dorongan penguatan pasca rilis data indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia Kamis kemarin.
Mengutip Forex Factory, data tersebut dirilis sebesar 13,7 jauh di atas prediksi 4,6, dan mampu membalikkan angka bulan sebelumnya ketika minus (-4,1).
Sedikit berbeda dengan data PMI, data aktivitas manufaktur Philadelphia menggunakan angka 0 sebagai ambang batas. Rilis data di atas 0 memiliki arti ekspansi atau meningkatnya aktivitas bisnis manufaktur, sementara level di bawah 0 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Naga-naganya Rupiah Akan Melemah 3 Hari Beruntun Lawan AUD...
Namun seiring berjalannya waktu, dolar Australia gagal mempertahankan penguatan tersebut dan berbalik turun hingga mengakhiri perdagangan di kisaran US$0,7110 atau melemah 0,2%.
Tekanan terhadap nilai tukar dolar Australia terlihat berlanjut di awal perdagangan hari ini, Jumat (22/3/19) pada pukul 8:03 WIB yang diperdagangkan di kisaran US$0,7099, atau melemah sekitar 0,15%.
Pasalnya, pelaku pasar mencermati pernyataan bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), mengenai ketidakselarasan antara pasar tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi.
Meski tingkat pengangguran kini berada di level terendah dalam 8 tahun, namun pertumbuhan ekonomi Australia justru melambat.
Rilis data pertumbuhan ekonomi atau gross domestic product (GDP) yang dilaporkan oleh Biro Statistik Australia di awal bulan ini menunjukkan angka 0,2%.
Data GDP untuk kuartal-IV 2018 tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal-III 2016. Hingga akhir kuartal-I tahun ini, belum ada tanda-tanda membaikknya ekonomi Australia, sehingga pasar tenaga kerja diperkirakan akan kembali melemah.
Rilis data indeks harga rumah pada Selasa (19/3/19) lalu juga menunjukkan penurunan sebesar 2,4% di kuartal-IV 2018. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak data ini mulai dicatat pada akhir 2003.
Pada pagi tadi, Markit melaporkan penurunan indeks aktivitas manufaktur yang dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Australia di bulan ini menjadi 52,9 dari bulan Februari sebesar 52,9.
Sementara pada periode yang sama, indeks aktivitas sektor jasa dirilis naik menjadi 49,8 dari sebelumnya 48,7, tetapi masih di bawah angka 50. Angka indeks di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau terjadi penurunan aktivitas, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.
Di sisi lain, dolar AS mendapat dorongan penguatan pasca rilis data indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia Kamis kemarin.
Mengutip Forex Factory, data tersebut dirilis sebesar 13,7 jauh di atas prediksi 4,6, dan mampu membalikkan angka bulan sebelumnya ketika minus (-4,1).
Sedikit berbeda dengan data PMI, data aktivitas manufaktur Philadelphia menggunakan angka 0 sebagai ambang batas. Rilis data di atas 0 memiliki arti ekspansi atau meningkatnya aktivitas bisnis manufaktur, sementara level di bawah 0 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Naga-naganya Rupiah Akan Melemah 3 Hari Beruntun Lawan AUD...
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular