
Analisis Teknikal
Ketegangan di AS Justru Bawa Dolar Ungguli Euro & Yen
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
26 December 2018 20:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor memilih bermain aman dengan memelukĀ dolar AS selaku safe haven, seiring dengan konfirmasi datangnya resesi yang kian dekat. Hingga pukul 19.20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia) menguat hingga 0,21% ke level 96.78.
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, mulai terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir CNBC International yang mengutip BespokeĀ Investment, Rabu (26/12/2018), dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Tidak hanya itu, penutupan pemerintahan AS turut menambah kekhawatiran investor akibat ketidakpastian politik itu.
Senat AS tidak mampu memecah kebuntuan terkait permintaan Presiden AS Donald Trump yang menginginkan alokasi dana bagi pembangunan tembok batas dengan Meksiko. Seorang pejabat senior mengatakan government shutdown itu akan berlanjut hingga 3 Januari mendatang.
Sejumlah risiko besar ini akhirnya memaksa investor untuk meninggalkan aset-aset berisiko dan beralih ke instrumen safe haven. Selain dolar AS, instrumen lainnya yang menjadi pilihan utama investor adalah emas. Hingga pukul 16.26 WIB, harga emas COMEX kontrak Februari 2019 menguat hingga 0,31% ke US$ 1.275,7/ounce.
Tim Riset CNBC Indonesia membuat analisa secara teknikal terhadap pergerakan mata uang Euro dan Yen Jepang yang mempunyai bobot terbesar di dolar indeks (DXY). Berikut ulasannya.
EURO Terhadap Dolar AS
Hingga berita ini di muat, posisi Euro sedang menguat 0,22% terhadap dolar AS dengan bergerak pada level 1.386.
Secara teknikal, posisi dolar AS cenderung lebih kuat dibandingkan Euro. Hal ini terlihat posisinya yang bergerak di bawah garis rerata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, Ruang pelemahannya berpotensi masih berlanjut karena belum menyentuh wilayah jenuh jualnya (oversold).
Level penghalang penurunannya (Support) ada di level 1.134, sedangkan level penghalang kenaikannya (resistance) berada di 1,41.
Dolar AS Terhadap Yen Jepang
Hingga berita ini di muat, posisi yen sedang melemah 0,3% terhadap dolar AS dengan bergerak pada level 110,61.
Secara teknikal, posisi Yen lebih lemah dibandingkan dolar AS. Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di bawah garis rerata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, Ruang pelemahan dolar AS nampak cenderung terbatas karena sudah menyentuh wilayah jenuh jualnya (oversold).
Level penopang penurunannya (Support) ada di level 110, sedangkan level penghalang kenaikannya (resistance) yang berpotensi ditembus berada di 111.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Baca: Ditutup Rp 14.570/US$, Rupiah Jadi Terlemah Kedua di Asia
(yam/yam) Next Article Trump Jadi 'Doping' Rupiah Dekati Level Rp 14.000/US$
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, mulai terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir CNBC International yang mengutip BespokeĀ Investment, Rabu (26/12/2018), dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Senat AS tidak mampu memecah kebuntuan terkait permintaan Presiden AS Donald Trump yang menginginkan alokasi dana bagi pembangunan tembok batas dengan Meksiko. Seorang pejabat senior mengatakan government shutdown itu akan berlanjut hingga 3 Januari mendatang.
Sejumlah risiko besar ini akhirnya memaksa investor untuk meninggalkan aset-aset berisiko dan beralih ke instrumen safe haven. Selain dolar AS, instrumen lainnya yang menjadi pilihan utama investor adalah emas. Hingga pukul 16.26 WIB, harga emas COMEX kontrak Februari 2019 menguat hingga 0,31% ke US$ 1.275,7/ounce.
Tim Riset CNBC Indonesia membuat analisa secara teknikal terhadap pergerakan mata uang Euro dan Yen Jepang yang mempunyai bobot terbesar di dolar indeks (DXY). Berikut ulasannya.
EURO Terhadap Dolar AS
![]() |
Hingga berita ini di muat, posisi Euro sedang menguat 0,22% terhadap dolar AS dengan bergerak pada level 1.386.
Secara teknikal, posisi dolar AS cenderung lebih kuat dibandingkan Euro. Hal ini terlihat posisinya yang bergerak di bawah garis rerata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, Ruang pelemahannya berpotensi masih berlanjut karena belum menyentuh wilayah jenuh jualnya (oversold).
Level penghalang penurunannya (Support) ada di level 1.134, sedangkan level penghalang kenaikannya (resistance) berada di 1,41.
Dolar AS Terhadap Yen Jepang
Hingga berita ini di muat, posisi yen sedang melemah 0,3% terhadap dolar AS dengan bergerak pada level 110,61.
Secara teknikal, posisi Yen lebih lemah dibandingkan dolar AS. Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di bawah garis rerata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, Ruang pelemahan dolar AS nampak cenderung terbatas karena sudah menyentuh wilayah jenuh jualnya (oversold).
Level penopang penurunannya (Support) ada di level 110, sedangkan level penghalang kenaikannya (resistance) yang berpotensi ditembus berada di 111.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Baca: Ditutup Rp 14.570/US$, Rupiah Jadi Terlemah Kedua di Asia
(yam/yam) Next Article Trump Jadi 'Doping' Rupiah Dekati Level Rp 14.000/US$
Most Popular