
Pernah Tolong Bakrie, Ini Potret Bisnis Samin Tan
tahir saleh, CNBC Indonesia
18 March 2019 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pertengahan Februari lalu, sosok Samin Tan yang mengendalikan perusahaan PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) terus menjadi sorotan. Mantan mitra usaha Grup Bakrie itu ditetapkan sebagai tersangka suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Seperti diberitakan Detik.com, Samin Tan diduga memberi suap Rp 5 miliar kepada Eni Maulani Saragih yang merupakan eks Wakil Ketua Komisi VII DPR.
Suap itu diduga diberikan agar Eni membantu anak perusahaan milik Samin, PT Asmin Kolaindo Tuhup (AKT), yang sedang bermasalah. Persoalan yang dimaksud ialah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Generasi 3 di Kalimantan Tengah antara PT AKT dan Kementerian ESDM.
Lantas bagaimana sebetulnya kinerja Borneo yang sejak 2018 juga terancam dikeluarkan atau delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan saham BORN sejak 22 Maret 2016 sudah 12 kali disuspensi atau dihentikan sementara perdagangan. Salah satu alasannya, telat menyampaikan laporan keuangan dan telat membayar denda. Sejak 2 Juli 2018, saham BORN sampai sekarang masih disuspensi.
"Saham perusahaan disuspensi terkait dengan belum melakukan pembayaran Rp 200 juta kendati sudah menyampaikan laporan keuangan audit 2017. Suspensi ini dilanjutkan sejak 30 Juli 2015," tulis Rian Adhi Redhite, PH Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I BEI, dalam pengumuman di BEI.
Posisi terakhir saham BORN yakni di level Rp 50/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 885 miliar.
Dari sisi kinerja, hingga September 2018, penjualan Borneo anjlok 92% menjadi US$ 16,11 juta atau sekitar Rp 226 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari September 2017 yang mencapai US$ 194,64 juta. Semua penjualan disokong oleh penjualan ekspor ke perusahaan asal Dubai, Uni Emirat Arab, yakni Rescom Mineral Trading FZE.
Penjualan batu bara dalam negeri nihil, berbeda dengan September 2017 yang masih mencatatkan penjualan lokal sebesar US$ 5,57 juta. Klien terbesar BORN juga masih tetap dari Rescom yang berkontribusi ke total penjualan US$ 16,11 juta.
Anjloknya penjualan ini membuat perseroan masih membukukan rugi bersih US$ 8,06 juta, dari tahun sebelumnya yang masih mencetak laba US$ 56,75 juta. Meski demikian, secara bruto, perseroan membukukan laba bruto US$ 132.793 dari sebelumnya laba bruto US$ 82,32 juta.
Borneo disokong oleh setidaknya tiga anak usaha yakni PT AKT, PT Borneo Mining Services di Kalimantan Tengah dan bergerak di bidang penyewaan alat berat, dan satu lagi yakni Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd, perusahaan investasi yang berbasis di Singapura.
Adapun entitas pengendali utama Borneo Lumbung Energi & Metal yakni PT Republik Energi & Metal (REM) yang memegang 59,90% saham BORN, sementara sisanya 40,49% milik publik. Dengan demikian, sebanyak 7 miliar saham publik di BORN hingga saat ini tak bisa ditransaksikan.
Nama Samin Tan sendiri tak masuk dalam laporan keuangan sebagai direktur utama atau komisaris utama karena tercatat hanya tiga direksi yakni Kenneth Raymond Allan, Nenie Afwani dan Vera Likin. Nama Samin Tan justru tertulis sebagai beneficial owner atau pemilik yang sebenarnya dari penghasilan perusahaan berupa dividen, bunga dan atau royalti.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, Samin Tan merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Forbes pernah menempatkan sebagai orang terkaya nomor 28 di Indonesia dengan aset sebesar US$ 940 juta. Forbes juga mengatakan Samin Tan dikenal melalui Borneo Lumbung Energy yang juga pernah membantu menyelamatkan kelompok bisnis Bakrie dengan membeli saham Bumi Plc.
Proses penyelamatan Bumi Plc. dilakukan saat muncul perselisihan kepemilikan yang melibatkan keluarga Bakrie dan pengusaha AS, Nathaniel Rothchild.
Hingga pertengahan Maret 2019 ini, belum ada publikasi laporan keuangan Desember 2019. BORN hanya menyampaikan laporan bulanan soal eksplorasi di Blok telakon.
Blok ini adalah bagian dari proyek pertambangan batu bara AKT yakni Tambang Tuhup dan dibagi menjadi dua blok utama yang disebut Kohong dan Telakon.
Simak ulasan soal royalti batu bara oleh Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI)
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Crazy Rich Samin Tan Jadi Buronan KPK
Seperti diberitakan Detik.com, Samin Tan diduga memberi suap Rp 5 miliar kepada Eni Maulani Saragih yang merupakan eks Wakil Ketua Komisi VII DPR.
Suap itu diduga diberikan agar Eni membantu anak perusahaan milik Samin, PT Asmin Kolaindo Tuhup (AKT), yang sedang bermasalah. Persoalan yang dimaksud ialah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Generasi 3 di Kalimantan Tengah antara PT AKT dan Kementerian ESDM.
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan saham BORN sejak 22 Maret 2016 sudah 12 kali disuspensi atau dihentikan sementara perdagangan. Salah satu alasannya, telat menyampaikan laporan keuangan dan telat membayar denda. Sejak 2 Juli 2018, saham BORN sampai sekarang masih disuspensi.
"Saham perusahaan disuspensi terkait dengan belum melakukan pembayaran Rp 200 juta kendati sudah menyampaikan laporan keuangan audit 2017. Suspensi ini dilanjutkan sejak 30 Juli 2015," tulis Rian Adhi Redhite, PH Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I BEI, dalam pengumuman di BEI.
Posisi terakhir saham BORN yakni di level Rp 50/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 885 miliar.
Dari sisi kinerja, hingga September 2018, penjualan Borneo anjlok 92% menjadi US$ 16,11 juta atau sekitar Rp 226 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari September 2017 yang mencapai US$ 194,64 juta. Semua penjualan disokong oleh penjualan ekspor ke perusahaan asal Dubai, Uni Emirat Arab, yakni Rescom Mineral Trading FZE.
Penjualan batu bara dalam negeri nihil, berbeda dengan September 2017 yang masih mencatatkan penjualan lokal sebesar US$ 5,57 juta. Klien terbesar BORN juga masih tetap dari Rescom yang berkontribusi ke total penjualan US$ 16,11 juta.
Anjloknya penjualan ini membuat perseroan masih membukukan rugi bersih US$ 8,06 juta, dari tahun sebelumnya yang masih mencetak laba US$ 56,75 juta. Meski demikian, secara bruto, perseroan membukukan laba bruto US$ 132.793 dari sebelumnya laba bruto US$ 82,32 juta.
Borneo disokong oleh setidaknya tiga anak usaha yakni PT AKT, PT Borneo Mining Services di Kalimantan Tengah dan bergerak di bidang penyewaan alat berat, dan satu lagi yakni Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd, perusahaan investasi yang berbasis di Singapura.
Adapun entitas pengendali utama Borneo Lumbung Energi & Metal yakni PT Republik Energi & Metal (REM) yang memegang 59,90% saham BORN, sementara sisanya 40,49% milik publik. Dengan demikian, sebanyak 7 miliar saham publik di BORN hingga saat ini tak bisa ditransaksikan.
Nama Samin Tan sendiri tak masuk dalam laporan keuangan sebagai direktur utama atau komisaris utama karena tercatat hanya tiga direksi yakni Kenneth Raymond Allan, Nenie Afwani dan Vera Likin. Nama Samin Tan justru tertulis sebagai beneficial owner atau pemilik yang sebenarnya dari penghasilan perusahaan berupa dividen, bunga dan atau royalti.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, Samin Tan merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Forbes pernah menempatkan sebagai orang terkaya nomor 28 di Indonesia dengan aset sebesar US$ 940 juta. Forbes juga mengatakan Samin Tan dikenal melalui Borneo Lumbung Energy yang juga pernah membantu menyelamatkan kelompok bisnis Bakrie dengan membeli saham Bumi Plc.
Proses penyelamatan Bumi Plc. dilakukan saat muncul perselisihan kepemilikan yang melibatkan keluarga Bakrie dan pengusaha AS, Nathaniel Rothchild.
Hingga pertengahan Maret 2019 ini, belum ada publikasi laporan keuangan Desember 2019. BORN hanya menyampaikan laporan bulanan soal eksplorasi di Blok telakon.
Blok ini adalah bagian dari proyek pertambangan batu bara AKT yakni Tambang Tuhup dan dibagi menjadi dua blok utama yang disebut Kohong dan Telakon.
Simak ulasan soal royalti batu bara oleh Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI)
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Crazy Rich Samin Tan Jadi Buronan KPK
Most Popular