
Jelang Lelang Siang Ini, Harga SUN Malah Stagnan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 March 2019 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi tipis dan cenderung flat pada awal perdagangan pagi ini, Selasa (5/3/2019).
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi dilihat dari yield-nya adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 8,32%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri lain yaitu acuan 5 tahun dan 10 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield yang lebih kecil. Sebaliknya, seri FR0068 bertenor 15 tahun masih berhasil menguat.
Pergerakan tersebut terbilang kecil karena pergerakan yield mayoritas seri acuan tidak sampai 1 bps, dan menghasilkan rerata pergerakan hanya 0,5 bps.
Stagnasi tersebut terjadi menjelang lelang rutin SBN yang akan digelar siang ini. Jenis yang akan ditawarkan adalah surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) yang berbasis syariah dengan target Rp 8 triliun.
Meskipun korelasi antara lelang SBSN dengan pasar SUN kurang besar karena jumlah sukuk negara yang kurang signifikan di pasar, tetapi stagnansi dan koreksi pasar yang terjadi pagi ini lebih karena sentimen pasar global yang kurang berpengaruh kepada transaksi pasar obligasi pemerintah.
Sumber: Refinitiv
I Made Adi Saputra, Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas, memprediksi nilai permintaan dalam lelang akan mencapai Rp 15 triliun-Rp 25 triliun.
Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto, Fixed Income Analyst PT Mandiri Sekuritas, dalam risetnya juga memprediksi nilai permintaan dalam lelang berada pada kisaran Rp 15 triliun-Rp 20 triliun.
Dari prediksi yield yang akan dilepas oleh kedua sekuritas tersebut, terlihat bahwa keduanya masih kompak memprediksi kisaran yield wajar lelang untuk SPN-S dan PBS014.
Adapun untuk yield wajar PBS019, MNC Sekuritas lebih agresif (pesimis) dengan kisaran yang lebih tinggi daripada Mandiri Sekuritas.
Untuk seri yang lebih panjang yaitu PBS022 dan PBS015, yield yang diprediksi Mandiri Sekuritas lebih tinggi sehingga mencerminkan nada yang lebih agresif (pesimis) terhadap kondisi pasar untuk lelang hari ini.
Sumber: Diolah
Dari pasar surat utang negara berkembang, yang menguat hanya India, Malaysia, Singapura, dan Thailand sedangkan negara lain mayoritas masih terkoreksi.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar bund Jerman dan JGB Jepang.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Optimisme Global Bakal Kerek Harga Obligasi
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi dilihat dari yield-nya adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 8,32%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri lain yaitu acuan 5 tahun dan 10 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield yang lebih kecil. Sebaliknya, seri FR0068 bertenor 15 tahun masih berhasil menguat.
Pergerakan tersebut terbilang kecil karena pergerakan yield mayoritas seri acuan tidak sampai 1 bps, dan menghasilkan rerata pergerakan hanya 0,5 bps.
Stagnasi tersebut terjadi menjelang lelang rutin SBN yang akan digelar siang ini. Jenis yang akan ditawarkan adalah surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) yang berbasis syariah dengan target Rp 8 triliun.
Meskipun korelasi antara lelang SBSN dengan pasar SUN kurang besar karena jumlah sukuk negara yang kurang signifikan di pasar, tetapi stagnansi dan koreksi pasar yang terjadi pagi ini lebih karena sentimen pasar global yang kurang berpengaruh kepada transaksi pasar obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 4 Mar 2019 (%) | Yield 5 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 4 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.488 | 7.497 | 0.90 | 7.4265 |
FR0078 | 10 tahun | 7.859 | 7.865 | 0.60 | 7.8296 |
FR0068 | 15 tahun | 8.201 | 8.194 | -0.70 | 8.1846 |
FR0079 | 20 tahun | 8.313 | 8.325 | 1.20 | 8.291 |
Avg movement | 0.50 |
I Made Adi Saputra, Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas, memprediksi nilai permintaan dalam lelang akan mencapai Rp 15 triliun-Rp 25 triliun.
Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto, Fixed Income Analyst PT Mandiri Sekuritas, dalam risetnya juga memprediksi nilai permintaan dalam lelang berada pada kisaran Rp 15 triliun-Rp 20 triliun.
Dari prediksi yield yang akan dilepas oleh kedua sekuritas tersebut, terlihat bahwa keduanya masih kompak memprediksi kisaran yield wajar lelang untuk SPN-S dan PBS014.
Adapun untuk yield wajar PBS019, MNC Sekuritas lebih agresif (pesimis) dengan kisaran yang lebih tinggi daripada Mandiri Sekuritas.
Untuk seri yang lebih panjang yaitu PBS022 dan PBS015, yield yang diprediksi Mandiri Sekuritas lebih tinggi sehingga mencerminkan nada yang lebih agresif (pesimis) terhadap kondisi pasar untuk lelang hari ini.
Seri SBN | MNC Sekuritas | Mandiri Sekuritas |
SPN-S 06092019 | 6.40625%-6.50000% | 6.45% (6.406-6.5%) |
PBS014 | 7.31250%-7.40625% | 7.42% (7.375-7.469%) |
PBS019 | 7.62500%-7.71875% | 7.61% (7.563-7.656%) |
PBS022 | 8.43750%-8.53125% | 8.52% (8.469-8.563%) |
PBS015 | 8.78125%- 8.87500% | 8.92% (8.875-8.969%) |
Dari pasar surat utang negara berkembang, yang menguat hanya India, Malaysia, Singapura, dan Thailand sedangkan negara lain mayoritas masih terkoreksi.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar bund Jerman dan JGB Jepang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 4 Mar 2019 (%) | Yield 5 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.02 | 9.09 | 7.00 |
China | 3.213 | 3.227 | 1.40 |
Jerman | 0.159 | 0.158 | -0.10 |
Perancis | 0.559 | 0.56 | 0.10 |
Inggris | 1.274 | 1.271 | -0.30 |
India | 7.591 | 7.556 | -3.50 |
Italia | 2.735 | 2.747 | 1.20 |
Jepang | 0.002 | 0 | -0.20 |
Malaysia | 3.91 | 3.909 | -0.10 |
Filipina | 6.335 | 6.348 | 1.30 |
Rusia | 8.42 | 8.42 | 0.00 |
Singapura | 2.265 | 2.23 | -3.50 |
Thailand | 2.57 | 2.565 | -0.50 |
Turki | 14.63 | 14.74 | 11.00 |
Amerika Serikat | 2.72 | 2.722 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.705 | 8.725 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Optimisme Global Bakal Kerek Harga Obligasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular