
7 Hari 7 Malam, Obligasi RI Unjuk Kekuatan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 March 2019 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi masih menguat pada awal perdagangan hari ini, melanjutkan reli penguatan harga yang terjadi sejak 12 Maret.
Reli harga terjadi seiring dengan tensi perang dagang Amerika Serikat-China yang mereda sejak pekan lalu.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,6 basis poin (bps) menjadi 8,05%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Tiga seri acuan lain masih kompak naik juga hari ini, meskipun reli sudah berlangsung tujuh hari. Sejak 11 Maret, yield tenor 10 tahun turun hingga 23,4 bps hari ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Mar 2019
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 511 bps, menyempit dari posisi kemarin 512 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,6% dari posisi kemarin 2,61%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 20 Mar 2019
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 940,4 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.472 triliun berdasarkan data per 14 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 47,15 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,07% menjadi 6.484 dan 0,11% menjadi Rp14.210 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih terjadi secara luas kecuali di India. Di negara maju, koreksi masih terjadi di mayoritas negara maju dan penguatan hanya terjadi pada pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Reli harga terjadi seiring dengan tensi perang dagang Amerika Serikat-China yang mereda sejak pekan lalu.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,6 basis poin (bps) menjadi 8,05%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Tiga seri acuan lain masih kompak naik juga hari ini, meskipun reli sudah berlangsung tujuh hari. Sejak 11 Maret, yield tenor 10 tahun turun hingga 23,4 bps hari ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Mar 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Mar 2019 (%) | Yield 20 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 19 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.312 | 7.294 | -1.80 | 7.2602 |
FR0078 | 10 tahun | 7.733 | 7.725 | -0.80 | 7.6979 |
FR0068 | 15 tahun | 8.093 | 8.057 | -3.60 | 8.0498 |
FR0079 | 20 tahun | 8.181 | 8.177 | -0.40 | 8.1595 |
Avg movement | -1.65 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 511 bps, menyempit dari posisi kemarin 512 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,6% dari posisi kemarin 2,61%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 20 Mar 2019
Seri | Benchmark | Yield 19 Mar 2019 (%) | Yield 20 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.47 | 2.466 | 3 bulan-5 tahun | 4.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.469 | 2.471 | 2 tahun-5 tahun | 4.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.421 | 2.419 | 3 tahun-5 tahun | -0.3 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.424 | 2.422 | 3 bulan-10 tahun | -14.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.607 | 2.609 | 2 tahun-10 tahun | -13.8 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 940,4 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.472 triliun berdasarkan data per 14 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 47,15 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,07% menjadi 6.484 dan 0,11% menjadi Rp14.210 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih terjadi secara luas kecuali di India. Di negara maju, koreksi masih terjadi di mayoritas negara maju dan penguatan hanya terjadi pada pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 19 Mar 2019 (%) | Yield 20 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.79 | 8.79 | 0.00 |
China | 3.158 | 3.165 | 0.70 |
Jerman | 0.104 | 0.105 | 0.10 |
Perancis | 0.472 | 0.477 | 0.50 |
Inggris | 1.187 | 1.189 | 0.20 |
India | 7.536 | 7.524 | -1.20 |
Jepang | -0.051 | -0.042 | 0.90 |
Malaysia | 3.835 | 3.849 | 1.40 |
Filipina | 6.096 | 6.109 | 1.30 |
Rusia | 8.27 | 8.28 | 1.00 |
Singapura | 2.148 | 2.157 | 0.90 |
Thailand | 2.505 | 2.575 | 7.00 |
Amerika Serikat | 2.612 | 2.609 | -0.30 |
Afrika Selatan | 8.695 | 8.76 | 6.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Most Popular