
Harga Obligasi Meleleh, Terpapar Panasnya Isu Nuklir Korut
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 March 2019 19:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi di tengah sentimen negatif dari memanasnya hubungan Korea Utara-Amerika Serikat.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0078 dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield yang lebih tipis.
Hubungan Korut-AS memanas karena adanya laporan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali membangun fasilitas uji coba nuklir yang sebelumnya sempat dilucuti.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,14 poin (0,06%) menjadi 242,31 dari posisi kemarin 242,45.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 517bbps, melebar dari posisi kemarin 512 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,71% dari posisi kemarin 2,73%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, padahal pada 1-4 Maret inversi tersebut sempat tidak terjadi inversi lagi sejak Agustus tahun lalu.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 944,56 triliun SBN, atau 38,02% dari total beredar Rp 2.484 triliun berdasarkan data per 5 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 51,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di hampir seluruh pasar yaitu di pasar bund Jerman, gilt Inggris, OAT Perancis, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Penguatan pasar negara maju tersebut menjadi indikasi pelaku pasar global sedang menyasar aset investasi yang dianggap lebih aman.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Harga Empat Seri Acuan SUN Naik Lagi, Apa Sih Pemicunya?
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0078 dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield yang lebih tipis.
Hubungan Korut-AS memanas karena adanya laporan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali membangun fasilitas uji coba nuklir yang sebelumnya sempat dilucuti.
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 5 Mar 2019 (%) | Yield 6 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 5 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.474 | 7.496 | 2.20 | 7.4669 |
FR0078 | 10 tahun | 7.86 | 7.885 | 2.50 | 7.8649 |
FR0068 | 15 tahun | 8.214 | 8.225 | 1.10 | 8.2101 |
FR0079 | 20 tahun | 8.323 | 8.335 | 1.20 | 8.3176 |
Avg movement | 1.75 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,14 poin (0,06%) menjadi 242,31 dari posisi kemarin 242,45.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 517bbps, melebar dari posisi kemarin 512 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,71% dari posisi kemarin 2,73%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, padahal pada 1-4 Maret inversi tersebut sempat tidak terjadi inversi lagi sejak Agustus tahun lalu.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 6 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 5 Mar 2019 (%) | Yield 6 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.465 | 2.456 | 3 bulan-5 tahun | -6.8 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.552 | 2.543 | 2 tahun-5 tahun | 1.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.527 | 2.522 | 3 tahun-5 tahun | -0.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.531 | 2.524 | 3 bulan-10 tahun | -25.9 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.722 | 2.715 | 2 tahun-10 tahun | -17.2 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 944,56 triliun SBN, atau 38,02% dari total beredar Rp 2.484 triliun berdasarkan data per 5 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 51,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di hampir seluruh pasar yaitu di pasar bund Jerman, gilt Inggris, OAT Perancis, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Penguatan pasar negara maju tersebut menjadi indikasi pelaku pasar global sedang menyasar aset investasi yang dianggap lebih aman.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 5 Mar 2019 (%) | Yield 6 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.02 | 9.09 | 7.00 |
China | 3.228 | 3.224 | -0.40 |
Jerman | 0.167 | 0.157 | -1.00 |
Perancis | 0.561 | 0.55 | -1.10 |
Inggris | 1.288 | 1.27 | -1.80 |
India | 7.548 | 7.574 | 2.60 |
Jepang | 0.003 | -0.006 | -0.90 |
Malaysia | 3.897 | 3.884 | -1.30 |
Filipina | 6.292 | 6.194 | -9.80 |
Rusia | 8.42 | 8.47 | 5.00 |
Singapura | 2.241 | 2.224 | -1.70 |
Thailand | 2.575 | 2.54 | -3.50 |
Amerika Serikat | 2.722 | 2.715 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.665 | 8.685 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Harga Empat Seri Acuan SUN Naik Lagi, Apa Sih Pemicunya?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular