
AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 February 2019 20:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis ini, (28/2/2019), menghentikan reli harga yang terjadi sejak pekan lalu.
Koreksi harga ini bersamaan dengan sentimen negatif dari damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang berbalik dari sebelumnya positif karena sampai saat ini belum menunjukkan kesepakatan.
Sentimen negatif lain adalah akhir pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam yang tidak membuahkan hasil sama sekali.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu juga seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 dengan kenaikan yield 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri acuan yang lain juga mengalami koreksi sehingga yield-nya naik.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,05 poin (0,02%) menjadi 242,49 dari posisi kemarin 242,55.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 513 bps, menyempit dari posisi kemarin 516 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,63%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, yang menunjukkan inversi yaitu kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, posisi terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 933,77 triliun SBN, atau 37,88% dari total beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 26 Februari.
Angka kepemilikan asing masih positif atau bertambah Rp 40,52 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih lebih banyak terjadi dibanding penguatan yang hanya terjadi di Brasil, India, dan Filipina. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar gilt Inggris dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kesepakatan Nuklir & Dagang Masih Jauh, Obligasi RI Koreksi
Koreksi harga ini bersamaan dengan sentimen negatif dari damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang berbalik dari sebelumnya positif karena sampai saat ini belum menunjukkan kesepakatan.
Sentimen negatif lain adalah akhir pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam yang tidak membuahkan hasil sama sekali.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu juga seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 dengan kenaikan yield 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri acuan yang lain juga mengalami koreksi sehingga yield-nya naik.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Feb 2019 (%) | Yield 28 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 28 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.531 | 7.536 | 0.50 | 7.4796 |
FR0078 | 10 tahun | 7.795 | 7.801 | 0.60 | 7.7836 |
FR0068 | 15 tahun | 8.118 | 8.129 | 1.10 | 8.1247 |
FR0079 | 20 tahun | 8.233 | 8.264 | 3.10 | 8.2451 |
Avg movement | 1.32 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,05 poin (0,02%) menjadi 242,49 dari posisi kemarin 242,55.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 513 bps, menyempit dari posisi kemarin 516 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,63%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, yang menunjukkan inversi yaitu kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 28 Feb 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 27 Feb 2019 (%) | Yield 28 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.458 | 2.446 | 3 bulan-5 tahun | -1.8 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.484 | 2.482 | 2 tahun-5 tahun | 1.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.448 | 2.45 | 3 tahun-5 tahun | -1.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.445 | 2.464 | 3 bulan-10 tahun | -22.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.636 | 2.668 | 2 tahun-10 tahun | -18.6 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, posisi terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 933,77 triliun SBN, atau 37,88% dari total beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 26 Februari.
Angka kepemilikan asing masih positif atau bertambah Rp 40,52 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih lebih banyak terjadi dibanding penguatan yang hanya terjadi di Brasil, India, dan Filipina. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar gilt Inggris dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 27 Feb 2019 (%) | Yield 28 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.01 | 8.97 | -4.00 |
China | 3.187 | 3.208 | 2.10 |
Jerman | 0.154 | 0.157 | 0.30 |
Perancis | 0.556 | 0.56 | 0.40 |
Inggris | 1.275 | 1.274 | -0.10 |
India | 7.672 | 7.592 | -8.00 |
Italia | 2.784 | 2.776 | -0.80 |
Jepang | -0.023 | -0.01 | 1.30 |
Malaysia | 3.886 | 3.898 | 1.20 |
Filipina | 6.392 | 6.381 | -1.10 |
Rusia | 8.42 | 8.45 | 3.00 |
Singapura | 2.234 | 2.257 | 2.30 |
Thailand | 2.49 | 2.49 | 0.00 |
Turki | 14.36 | 14.57 | 21.00 |
Amerika Serikat | 2.693 | 2.668 | -2.50 |
Afrika Selatan | 8.66 | 8.66 | 0.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kesepakatan Nuklir & Dagang Masih Jauh, Obligasi RI Koreksi
Most Popular