CNBC Indonesia Outlook 2019

Bos OJK: Likuiditas Bank Itu Isu Temporary

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
28 February 2019 12:28
Sektor perbankan tanah air tengah dihadapkan dengan masalah likuiditas yang ketat.
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat berdiskusi dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor perbankan tanah air tengah dihadapkan dengan masalah likuiditas yang ketat karena penyaluran kredit agresif, tapi penghimpunan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) justru rendah. Hal ini tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 92%.

Kendati demikian Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan likuiditas perbankan saat ini cukup aman. Sebab, OJK selalu mengukur dana perbankan yang 'parkir' di Bank Indonesia (BI), treasury, dan surat berharga.

Wimboh juga menambahkan saat ini isu di perbankan adalah segmentasi likuiditas. Ada bank yang punya likuiditas melimpah, dan ada pula bank yang likuiditasnya ketat.

"Tetapi itu jumlahnya tidak banyak [bank berlikuiditas ketat]. Kalau strukturnya [bank tersebut] salah, jangan salahkan likuiditas," jelas Wimboh di Seminar CNBC Indonesia Economic Outlook di Hotel Westin Jakarta, Selasa (28/2/2019).

Wimboh menambahkan tahun lalu, penyaluran kredit tumbuh untuk membiayai sektor riil, sementara DPK sulit dikumpulkan karena suku bunga naik.

"Kalau 2019 kondisi lebih baik. Sekarang likuiditas kembali normal. LDR naik bisa juga turun dan DPK naik karena rupiah, BI lakukan stabilitas. Likuiditas isu temporary [sementara] dan ini masalah struktural bukan likuiditas," jelasnya.

Tahun lalu, industri perbankan dalam negeri memang menghadapi ketatnya likuiditas. Hal itu merupakan konsekuensi dari gencarnya bank menyalurkan kredit di tengah minimnya DPK.

Mengacu data CNBC Indonesia sebelumnya, per September 2018, kredit tumbuh 13%, sementara DPK hanya tumbuh 6%. Itu artinya, pertumbuhan kredit mengalami peningkatan dua kali lipat dibanding pertumbuhan dana, dan ini berpotensi membuat dana modal bank tergerus. Dampaknya LDR 
mencapai 94,3% per September 2018.

Sebelumnya Wimboh mengatakan perbankan masih memiliki akses likuiditas yang memadai. Bank masih menyimpan lebih dari Rp 500 triliun di bi. "Jadi bank tidak akan ada kendala likuiditas untuk memberikan pertumbuhan kredit dan BI yakin kalau diperlukan pengendoran akan diberikan likuiditas," ujar Wimboh di Jakarta, Senin (3/12/2018)
(roy/tas) Next Article Kompetisi OPPO Stocks In Your Hand Resmi Dibuka!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular