Sengsara Membawa Nikmat Buat Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2019 12:36
Sengsara Membawa Nikmat Buat Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah patut mendapat acungan jempol. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah berhasil menguat sejak pembukaan pasar. Bahkan penguatan rupiah menjadi yang terbaik di antara mata uang utama Asia. 

Pada Senin (18/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.085 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,39% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar spot, rupiah menguat 0,28%. Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah terus bertambah tebal. 

Posisi terkuat rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 14.075/US$, sementara terlemahnya adalah Rp 14.110/US$. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 

 

Sebenarnya rupiah tidak sendirian menguat, karena mayoritas mata uang Asia mampu terapresiasi terhadap dolar AS. Namun rupiah eksepsional karena berhasil mencatatkan penguatan terbaik dibandingkan kompatriotnya. 

Rupiah berhasil menduduki puncak klasemen mata uang Benua Kuning, posisi yang tidak tergoyahkan sejak pembukaan pasar. Di posisi kedua ada yuan China, tetapi jarak dengan rupiah lumayan lebar karena mata uang Negeri Panda 'hanya' menguat 0,19%. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:08 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mungkin derita rupiah selama pekan lalu menjadi berkah tersendiri. Bagaimana tidak, rupiah anjlok 1,29% sepanjang pekan lalu dan menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Kejatuhan itu membuat rupiah punya peluang lebih besar untuk mencatat technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' membuat mata uang ini menarik untuk dikoleksi. Mungkin ini yang namanya sengsara membawa nikmat. 

Selain itu, rupiah (dan mata uang Asia lainnya) juga berhasil memanfaatkan kondisi dolar AS yang sedang dalam posisi defensif. Pada pukul 12:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. 

Tidak seperti rupiah, dolar AS berjaya sepanjang pekan lalu. Dollar Index mampu mencatat penguatan 0,28% selama minggu kemarin. Selama sebulan ke belakang, indeks ini terangkat 0,46%. 

Oleh karena itu, akan tiba saatnya di mana dolar AS terkena koreksi teknikal. Apalagi kemudian ada pemicu untuk melepas dolar AS.  

Akhir pekan lalu, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menyiratkan bahwa bank sentral bisa saja tidak menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. Syaratnya adalah jika ekonomi AS melambat sehingga tekanan inflasi menjadi minimal. 

"Jika ekonomi tumbuh, misalnya, 2% dan laju inflasi 1,9% dan tidak ada sinyal (tekanan harga) semakin besar, maka saya rasa belum saatnya menaikkan suku bunga (tahun ini)," kata Daly dalam wawancara dengan Wall Street Journal. 

Nada The Fed yang semakin kalem alias dovish tentu tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa pemanis dari kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Kemudian, dolar AS juga tertekan akibat risk appetite investor yang sedang tinggi-tingginya. Aset-aset aman (safe haven) seperti dolar AS ditinggalkan, dan pelaku pasar berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.   

Penyebabnya adalah aura damai dagang AS-China yang semakin terasa. Setelah dialog di Beijing selama pekan kemarin, AS-China sepakat untuk melanjutkan perundingan di Washington pekan ini. 


Para pemimpin kedua negara seakan berlomba mengeluarkan pernyataan bernada optimistis. Presiden China Xi Jinping menyatakan berbagai kemajuan sudah diraih dalam perundingan selama sepekan di Beijing dan diharapkan berlanjut di Washington. 

"Konsultasi antara dua pihak telah mencapai kemajuan. Saya berharap Anda semua akan melanjutkan upaya ini guna mencapai kesepakatan bersama. Win-win agreement," tutur Xi dalam pidato di Great Hall of the People, mengutip Reuters. 

Presiden AS Donald Trump tidak kalah bungah. Eks pembawa acara reality show The Apprentice itu bahkan sudah berani sesumbar bahwa AS siap untuk menghapus bea masuk terhadap impor produk-produk made in China

"Kita sudah lebih dekat untuk menuju kesepakatan dagang. Saya akan merasa terhormat untuk menghapus berbagai bea masuk jika kesepakatan sudah tercapai," tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Damai dagang AS-China adalah sebuah momentum yang amat dinantikan di seluruh dunia. Sebab kala dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi sudah kembali akur, tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global akan membaik. Sebuah pendorong yang sangat signifikan bagi pasar keuangan Asia, dan rupiah pun menikmati berkahnya. 



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular