Xi Jinping: Nego Damai Dagang akan Dilanjutkan di AS

Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
15 February 2019 21:43
Pembicaraan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) minggu ini membuat kemajuan penting.
Foto: Aides memberi isyarat ketika Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China dan perunding perdagangan Liu He, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbaris untuk foto sebelum sesi pembukaan perundingan perdagangan di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, Kamis, (14/2/2019). (Mark Schiefelbein / Pool via REUTERS)
Beijing, CNBC Indonesia - Pembicaraan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) minggu ini membuat kemajuan penting. Demikian disampaikan Presiden China Xi Jinping kepada negosiator perdagangan utama AS pada Jumat (15/2/2019). Xi juga mengatakan upaya untuk mengakhiri perang dagang itu akan dilanjutkan di Washington, ibu kota AS, minggu depan.

Xi bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin hari ini setelah kedua negara mengadakan negosiasi dagang selama satu minggu dan mengatakan ada kesepakatan yang kedua belah pihak dapat terima, kata media pemerintah, mengutip CNBC International.

"Konsultasi antara tim-tim kedua belah pihak mencapai kemajuan langkah demi langkah yang penting," kata Xi, menurut televisi pemerintah.

"Minggu depan, kedua belah pihak akan bertemu lagi di Washington. Saya harap Anda akan melanjutkan upaya untuk maju mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan," kata Xi selama pertemuan di Aula Besar Rakyat Beijing.



Dia menambahkan China bersedia mengambil "pendekatan kooperatif" untuk menyelesaikan perang dagang bilateral. Lighthizer mengatakan kepada Xi bahwa para pejabat senior mendapatkan pengalaman negosiasi yang sangat baik dalam dua hari itu.


"Kami merasa bahwa kami telah membuat kemajuan dalam masalah yang sangat, sangat penting, dan sangat sulit. Kami memiliki pekerjaan tambahan untuk dilakukan tetapi kami optimistis," kata Lighthizer.

Foto: Petugas merapihkan bendera AS dan China sebelum sesi pembukaan negosiasi perdagangan antara AS dan perwakilan perdagangan Cina di Wisma Negara Bagian Diaoyutai di Beijing, Kamis, (14/2/2019). Mark Schiefelbein / Pool via REUTERS


Bea masuk AS atas impor China senilai US$ 200 miliar akan naik menjadi 25% dari 10% jika tidak ada kesepakatan yang tercapai pada 1 Maret untuk memenuhi tuntutan AS agar China menghentikan transfer teknologi secara paksa dan menegakkan hak kekayaan intelektual dengan lebih baik.


Belum ada negara yang memberikan perincian baru tentang cara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu akan menurunkan perang tarif yang telah mengguncang pasar keuangan dan mengganggu rantai pasokan manufaktur.

Meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan minggu ini bahwa perpanjangan batas waktu tarif mungkin terjadi jika "kesepakatan nyata" tercapai, namun sang penasehat Larry Kudlow mengatakan Gedung Putih tidak membuat keputusan seperti itu.



Beberapa sumber menginformasikan tentang pertemuan itu kepada Reuters bahwa ada sedikit indikasi negosiator telah membuat kemajuan besar pada poin-poin penting untuk membuka jalan bagi pertemuan potensial antara Xi dan Trump dalam beberapa minggu mendatang untuk menuntaskan kesepakatan.

"Ada kebuntuan pada hal-hal penting," kata salah satu sumber, yang semuanya meminta untuk tidak disebutkan identitasnya karena pembicaraan itu bersifat rahasia.

"Masih ada banyak ketidaksepakatan antara kedua pihak dalam masalah struktural dan penegakan hukum," kata sumber kedua. "Saya tidak akan menyebutnya gagal, tapi itu juga bukan hasil yang diharapkan."

Sumber ketiga mengatakan kepada Reuters bahwa Gedung Putih "marah" atas pemberitaan bahwa pemerintah Trump mempertimbangkan perpanjangan 60 hari untuk batas waktu pengenaan tarif.

Lighthizer dan Mnuchin meninggalkan hotel di Beijing pada Jumat sore tanpa menjawab pertanyaan dari wartawan.

Simak video terkait perkembangan damai dagang di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Panas! China Ancam AS Gegara 'Penindasan' Atas Huawei Cs

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular