Ini Kata RHB, Morgan Stanley & JP Morgan Soal Saham Indonesia

Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 February 2019 18:53
PT RHB Sekuritas dan Morgan Stanley memberikan predikat overweight atas pasar saham Indonesia.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT RHB Sekuritas Indonesia, perusahaan milik RHB Banking Group asal Malaysia, memberikan predikat overweight (menambah bobot) untuk pasar saham Indonesia seiring dengan sejumlah katalis positif bursa dalam negeri.

Optimisme itu sejalan dengan keyakinan bullish yang diprediksi juga oleh perusahaan investasi global Morgan Stanley dan JP Morgan terhadap pasar modal Indonesia.

Berdasarkan risetnya pada Rabu, (13/2/2019), RHB menilai salah satunya sentimen penguatan bursa saham Indonesia ialah penguatan rupiah dalam 3 bulan terakhir yang mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut naik.

Dalam 3 bulan terakhir, IHSG naik 12% ke level 6.533 dari level 5.800 pada 1 November 2018. Pada periode yang sama, nilai tukar rupiah menguat sebesar 9% menjadi Rp 13.970/US$ dari Rp 15.200/US$.

Secara umum, perusahaan sekuritas yang dulunya bernama PT OSK Nusadana Securities Indonesia ini memberikan predikat overweight untuk bursa saham dalam negeri. Selain rupiah, katalis pendukung lainnya yakni proyeksi suku bunga Bank Indonesia tahun ini yang lebih terjaga (dovish).

Level suku bunga ini berlawanan dari tahun lalu yang sangat agresif atau hawkish seiring dengan keputusan bank sentral AS yang juga hawkish.

Katalis lainnya yakni prospek defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) tahun ini dinilai bisa ditekan juga memberikan optimisme kepada pelaku pasar, dibarengi dengan akselerasi pertumbuhan pendapatan korporasi tahun ini yang akan menguatkan pasar.

Tak hanya itu, dana asing juga diprediksi mulai mengalir kembali ke dalam negeri setelah sepanjang tahun lalu investor asing beramai-ramai melakukan penarikan dana dari bursa saham di Indonesia. 

Data BEI mengungkapkan,
net sell tahun lalu sebesar Rp 50,75 triliun, lebih tinggi dari aksi jual pada 2017 sebesar Rp 39,87 triliun.

Di sisi lain, Morgan Stanley dalam risetnya pada Januari 2019, juga optimistis atas pasar saham Indonesia yang memasuki periode bullish pada 2019.

Alasannya, dalam tiga bulan terakhir kinerja indeks MSCI Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih unggul ketimbang Asia di luar Japan (AxJ) dan Emerging Market sampai dengan 20%.

Dalam laporannya, Morgan Stanley menyebutkan ada beberapa alasan mengapa indeks acuan global ini masih tetap optimistis dengan pasar saham dalam negeri, di antaranya stimulus pemilu yang akan berlangsung tahun ini dinilai akan meningkatkan konsumsi.

Dalam APBN 2019, pemerintah meningkatkan dana bantuan sosial lebih tinggi 27% dibandingkan dengan tahun lalu. Meski menurunkan dana untuk infrastruktur, defisit anggaran diperkirakan hanya akan sebesar 1,8%.

Alasan lain, koreksi harga minyak yang terjadi sejak September lalu sampai dengan 36%. Kondisi ini akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan Indonesia.

Pada pekan ini, JP Morgan juga menilai pasar saham Indonesia akan menjadi salah satu negara di
emerging market dengan pertumbuhan dua digit pada tahun ini setelah tahun lalu melewati masa yang menantang.

T
ekanan yang terjadi di semester kedua tahun lalu diperkirakan masih akan berlanjut di awal 2019. Namun diperkirakan, tekanan tersebut mulai berbalik arah pada kuartal kedua dan siklus tekanan ini akan berakhir di akhir 2019.

Sebaliknya, lembaga investasi yang didirikan di Swiss, Credit Suisse menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% underweight (mengurangi bobot) dari sebelumnya 20% overweight (menambah bobot).

Simak video 'Credit Suisse VS JP Morgan, Perang Cukong Pasar Modal' di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Waspada, Proyeksi Credit Suisse Bisa Kejadian di Semester 2

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular