Mandiri Investasi: Net Sell Masih Berlanjut di Tahun Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 February 2019 17:50
Mandiri Investasi memproyeksikan aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar modal masih akan berlanjut tahun ini.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Mandiri Manajemen Investasi memproyeksikan aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar modal masih akan berlanjut tahun ini. Namun besaran net sell diprediksi tidak sekencang tahun lalu.

Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan tahun lalu net sell asing mencapai Rp 50,75 triliun di pasar saham tanah air, dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,54%.

Portfolio Manager Mandiri Manajemen Investasi Aldo Perkasa menilai masih ada peluang arus modal asing bakal kembali masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, meskipun saat ini aksi jual masih terjadi. Hal itu dipengaruhi dari sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang mulai melunak.

Namun Aldo enggan mengelaborasi lebih detil berapa nilai net sell asing di tahun ini.

"Secara historis, asing itu 2 tahun sudah keluar Rp 90,62 triliun total, sekarang ini baru masuk Rp 25 sampai Rp30-an triliun. Apakah asing masuk semua? Saya belum bisa jawab, karena itu tergantung faktor makroekonomi dan lain lain," kata Aldo kepada wartawan dalam acara Market Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Data BEI, net sell tahun lalu sebesar Rp 50,75 triliun, lebih tinggi dari aksi jual pada 2017 sebesar Rp 39,87 triliun.

Menurut Aldo, kondisi aksi jual investor asing selama dua tahun berturut-turut tentu patut diwaspadai. Sebab, hal ini bisa menjadi pertanda bahwa investor sudah tak lagi melirik Indonesia sebagai destinasi untuk berburu saham.

Pekan ini, perusahaan sekuritas global Credit Suisse menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% underweight (mengurangi bobot) dari sebelumnya 20% overweight (menambah bobot) karena penguatan signifikan pasar saham domestik sejak Mei 2018.

Ada sejumlah alasan Credit Suisse menurunkan rekomendasi atas pasar saham Indonesia, di antaranya, Pasar saham Indonesia sudah jenuh beli (overbought) dan jenuh dimiliki (over-owned) dibanding posisinya secara historis. Saham Indonesia juga dinilai ditransaksikan pada valuasi premium yang sudah tidak menarik (sudah mahal).

Meski dibayangi net sell, Aldo meyakini, potensi arus modal masuk ke Indonesia atau net buy masih tinggi. Sebab, imbal hasil obligasi di Indonesia cukup tinggi, sehingga dinilai tetap menarik bagi investor.

"Asing, kami pikir kemungkinan buat masuk masih ada, apalagi dilihat dari yield bond kita sekarang spread cukup menarik," tuturnya.

Hanya saja, pasar keuangan Indonesia juga masih akan menghadapi sejumlah tantangan global, antara lain pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi melandai. IMF memangkas proyeksi pertumbuhan PDB dua kali, dari dari 3,9% menjadi 3,7% dan akhirnya 3,5% di 2019.

Selain itu, belum meredanya ketegangan perang dagang AS-China akan berdampak bagi pasar keuangan global.
(tas) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular