Tenang, Resesi Ekonomi Amerika Tak Terjadi Tahun Ini

Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 January 2019 19:02
Standart Chartered Bank memprediksi resesi ekonomi AS tidak akan terjadi tahun ini seperti yang diramalkan.
Foto: Keith Tsuji/CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Standard Chartered Bank memprediksi resesi ekonomi Amerika Serikat tidak akan terjadi tahun ini seperti yang diramalkan. Sebab, salah satu faktor penyebab resesi lainnya yakni economic booming masih belum terjadi sejak krisis ekonomi global terakhir terjadi pada 2008.

Chief Economist Asean and South Asia Standard Chartered Edward Lee mengatakan kondisi perekonomian yang terjadi di Amerika saat ini bukan menunjukkan tanda-tanda resesi, melainkan hanya kondisi siklikal.

"Kalau kalau resesi itu harus ada economic boom dulu, kalau sekarang [ekonomi global] masih dalam recovery," kata Edward di Hotel Shangri La, Jakarta, Kamis (24/1).

Selain itu, faktor lainnya yakni kurva yield (imbal hasil) obligasi pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury, yang disebut-sebut juga menunjukkan tanda-tanda resesi saat ini dinilai masih flat.

Resesi ditunjukkan dengan kondisi bahwa yield US treasury menunjukkan kondisi kebalikan (inverted). Artinya, US Treasury dengan tenor pendek memiliki yield lebih tinggi ketimbang US Treasury dengan tenor panjang.

Instrumen ini, mengutip BBC, sudah dijadikan sebagai tolak ukur masalah keuangan sejak resesi AS kelima pada 1955 silam. Analis menggunakan kurva yield obligasi di kisaran jatuh tempo hingga 30 tahun untuk menelusuri resesi. Semakin rendah yield-nya, semakin rendah perkiraan suku bunga maka semakin buruk perkiraan kinerja ekonomi.

Pada Kamis ini, yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,78% dari posisi kemarin 2,75%.
 
Lebih lanjut Edward mengatakan probabilitas terjadinya resesi di tahun ini hanya 21%.

Persentase tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan probabilitas sebelum resesi 2008 dengan kemungkinan terjadinya mencapai 40%.

Meski demikian, Edward memproyeksikan bahwa perekonomian AS akan melambat tahun ini. Jika tahun lalu ekonomi AS tumbuh 2,9%, tahun ini diprediks akan tumbuh 2,6% saja, lantara sudah tak ada lagi fiskal "sugar rush" (energi berlebih) untuk memacu pertumbuhan seperti tahun lalu.

Sebab itu, keputusan bank sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga tahun ini juga dinilai akan kembali dipertimbangkan. Dia memprediksi kenaikan Fed Funds Rate (FFR) hanya akan terjadi sebanyak dua kali pada semester kedua tahun ini, tepatnya di kuartal ketiga dan keempat, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
(tas) Next Article Laba Bersih Standard Chartered Bank Indonesia Meroket 371%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular