
Jangan Senang Dulu! Rupiah Masih Bisa Melemah Akhir Tahun
Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 January 2019 18:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Standard Chartered Bank Indonesia menilai rupiah akhir tahun berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meski di awal tahun ini pergerakannya sudah menunjukkan tanda-tanda penguatan. Diprediksi hingga akhir 2019 rupiah bisa melemah sampai ke level Rp 14.600/US$.
Senior Economist Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra mengatakan dua faktor yang akan membawa pergerakan mata uang dalam negeri melemah antara lain adalah resiko defisit neraca perdagangan yang masih akan terjadi di tahun ini dan kenaikan suku bunga The Fed di paruh kedua tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
"Untuk rupiah, tahun ini global environment bersahabat karena The Fed [Bank Sentral AS/The Federal Reserve) tidak cepat menaikan suku bunga acuan. Tren rupiah akan cukup baik di paruh pertama sekitar Rp 13.800-Rp 14.000/US$, tapi di paruh kedua bisa ke level Rp 14.600/US$," kata Aldian di di Hotel Shangri La, Jakarta, Kamis (24/1).
Dia menjelaskan, tahun ini Standard Chartered Bank Indonesia memprediksi defisit neraca dagang masih akan terjadi, jika tahun lalu sekitar 3% maka tahun ini diprediksi sedikit turun di level 2,75%. Meski menunjukkan perbaikan dan ada penguranag tak akan terjadi dengan cepat, tapi secara bertahap.
Alasannya, di tahun ini impor diperkirakan masih akan cukup tinggi sementara ekspor yang mayoritas dari komoditas agak melambat akibat terjadinya perlambatan ekonomi global.
Faktor lainnya datang dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat yang dipreduksi sebanyak dua kali di tahun ini pada semester kedua nanti.
(hps) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara
Senior Economist Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra mengatakan dua faktor yang akan membawa pergerakan mata uang dalam negeri melemah antara lain adalah resiko defisit neraca perdagangan yang masih akan terjadi di tahun ini dan kenaikan suku bunga The Fed di paruh kedua tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
Dia menjelaskan, tahun ini Standard Chartered Bank Indonesia memprediksi defisit neraca dagang masih akan terjadi, jika tahun lalu sekitar 3% maka tahun ini diprediksi sedikit turun di level 2,75%. Meski menunjukkan perbaikan dan ada penguranag tak akan terjadi dengan cepat, tapi secara bertahap.
Alasannya, di tahun ini impor diperkirakan masih akan cukup tinggi sementara ekspor yang mayoritas dari komoditas agak melambat akibat terjadinya perlambatan ekonomi global.
Faktor lainnya datang dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat yang dipreduksi sebanyak dua kali di tahun ini pada semester kedua nanti.
The Fed diperkirakan akan meningkatkan suku bunganya sebesar 50bps sepanjang tahun ini, sementara untuk menyeimbangkan dengan kondisi tersebut Bank Indonesia juga diprediksi akan menaikkan suku bunganya sebanyak 25bps tahun ini.
![]() |
(hps) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular