
Waspada! Posisi Supermarket Terancam Minimarket
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
23 January 2019 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel besar di Indonesia, seperti supermarket dan hypermarket, diperkirakan akan mengalami pelemahan pertumbuhan di 2019 yang akan menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan operator minimarket, menurut lembaga pemeringkat Fitch Ratings, Rabu (23/1/2019).
Perubahan pilihan konsumen yang kini lebih menyukai berbelanja dalam jumlah kecil memperketat persaingan di antara dua jenis ritel tersebut.
"Tren ini telah memukul pertumbuhan supermarket dan hypermarket karena konsumen menjadi lebih tertarik oleh format ritel kecil modern," tulis Fitch dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia.
Lembaga tersebut mencatat bahwa Hypermart yang dioperasikan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) telah melaporkan pendapatan yang terkontraksi sejak 2016. Pendapatan MPPA anjlok 13,8% secara tahunan sepanjang sembilan bulan pertama 2018 setelah turun 7,1% di 2017 dan 2% di 2016.
Pendapatan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) turun 6% secara tahunan hingga kuartal ketiga tahun lalu setelah terkontraksi 7% di 2017 dan 2016, tidak termasuk bisnis ritel non-makanannya. HERO mengumumkan rencananya menutup 26 tokonya di 2019.
Sebaliknya, kinerja perusahaan-perusahaan minimarket justru cemerlang di periode yang sama.
Pertumbuhan pendapatan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang mengoperasikan Alfamart melompat 8,8% sementara PT Indomarco Prismatama yang memiliki Indomaret membukukan kenaikan pendapatan hingga 10,2% hingga September tahun lalu, tulis Fitch.
"Fitch berpendapat pilihan konsumen untuk berbelanja dalam jumlah kecil sepertinya tidak akan berubah dalam jangka menengah karena kepraktisan dan dekatnya jarak antara minimarket dengan rumah pembeli," menurut pernyataan tersebut.
Di saat yang sama, supermarket premium justru mampu mempertahankan kinerjanya. Ranch Market dan Farmer's Market yang dioperasikan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten di sekitar 6%-8% sepanjang 2016 hingga September 2018.
Kedua supermarket itu menargetkan konsumen dengan pendapatan menengah ke atas dengan menawarkan produk-produk segar dan impor.
"Konsumen kelas menengah ke atas yang menekankan kualitas dibandingkan harga lebih memilih berbelanja di supermarket premium, ini akan menjadi risiko lain bagi pemain supermarket dan hypermarket yang tidak menerapkan strategi yang sama," tulis Fitch.
"Kami berpandangan peritel yang lebih besar yang tidak memiliki strategi diversifikasi yang berarti dan menargetkan segmen premium akan harus menerapkan langkah-langkah pemotongan biaya lanjutan seperti menutup toko yang tidak menguntungkan, yang dapat menghambat pertumbuhan mereka dalam jangka menengah."
(hps) Next Article Bergerak Liar, Saham Pemilik Hypermart Melesat Hampir 20%
Perubahan pilihan konsumen yang kini lebih menyukai berbelanja dalam jumlah kecil memperketat persaingan di antara dua jenis ritel tersebut.
"Tren ini telah memukul pertumbuhan supermarket dan hypermarket karena konsumen menjadi lebih tertarik oleh format ritel kecil modern," tulis Fitch dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia.
Pendapatan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) turun 6% secara tahunan hingga kuartal ketiga tahun lalu setelah terkontraksi 7% di 2017 dan 2016, tidak termasuk bisnis ritel non-makanannya. HERO mengumumkan rencananya menutup 26 tokonya di 2019.
Sebaliknya, kinerja perusahaan-perusahaan minimarket justru cemerlang di periode yang sama.
![]() |
Pertumbuhan pendapatan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang mengoperasikan Alfamart melompat 8,8% sementara PT Indomarco Prismatama yang memiliki Indomaret membukukan kenaikan pendapatan hingga 10,2% hingga September tahun lalu, tulis Fitch.
"Fitch berpendapat pilihan konsumen untuk berbelanja dalam jumlah kecil sepertinya tidak akan berubah dalam jangka menengah karena kepraktisan dan dekatnya jarak antara minimarket dengan rumah pembeli," menurut pernyataan tersebut.
Di saat yang sama, supermarket premium justru mampu mempertahankan kinerjanya. Ranch Market dan Farmer's Market yang dioperasikan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten di sekitar 6%-8% sepanjang 2016 hingga September 2018.
Kedua supermarket itu menargetkan konsumen dengan pendapatan menengah ke atas dengan menawarkan produk-produk segar dan impor.
"Konsumen kelas menengah ke atas yang menekankan kualitas dibandingkan harga lebih memilih berbelanja di supermarket premium, ini akan menjadi risiko lain bagi pemain supermarket dan hypermarket yang tidak menerapkan strategi yang sama," tulis Fitch.
"Kami berpandangan peritel yang lebih besar yang tidak memiliki strategi diversifikasi yang berarti dan menargetkan segmen premium akan harus menerapkan langkah-langkah pemotongan biaya lanjutan seperti menutup toko yang tidak menguntungkan, yang dapat menghambat pertumbuhan mereka dalam jangka menengah."
(hps) Next Article Bergerak Liar, Saham Pemilik Hypermart Melesat Hampir 20%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular