Emiten Pengelola Hypermart Rugi Terus Sejak 2017, Kok Bisa?

Market - Feri Sandria, CNBC Indonesia
06 March 2023 10:50
Hypermart Foto: Ist

Jakarta, CNCB Indonesia - Emiten Grup Lippo yang merupakan pengelola jaringan ritel Hypermat, Matahari Putra Prima (MPPA), kembali mencatatkan kinerja laba yang tertekan sepanjang tahun 2022.

Tahun lalu, rugi bersih MPPA membengkak menjadi Rp 469,24 miliar atau naik 27,28% dibandingkan catatan kerugian tahun sebelumnya. Rugi bersih tersebut juga menjadi rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, emiten ini tercatat sudah tidak pernah membukukan laba bersih sejak tahun 2016, yang mana kala itu laba bersih perusahaan tercatat senilai Rp 38,48 miliar, menurun signifikan dari catatan tahun 2015 dan 2014 yang masing-masing mencapai Rp 222 miliar dan RP 574 miliar.

Semakin buruknya kinerja bottom line perusahaan terjadi kala pendapatan perusahaan malah tercatat naik 5,44% menjadi Rp 7,02 triliun. Akan tetapi melonjaknya beban penjualan, beban umum, beban pajak penghasilan dan beban lainnya membuat kinerja perusahaan malah tertekan lebih dalam.

Kenaikan sejumlah beban ini terjadi kala kondisi perusahaan yang tercatat malah semakin ramping. Dalam laporan keuangan tahunan, MPPA menyebut jumlah karyawan perusahaan hingga akhir 2022 berjumlah 8.073 karyawan, turun 7,25% atau mengalami pengurangan 631 karyawan dalam setahun.

Perusahaan juga telah mengurangi jumlah gerai secara reguler sejak tahun 2019 yang mana kala itu jumlah gerai tercatat mencapai 222 toko atau mengalami penambahan 3 gerai dari tahun sebelumnya. Sejak itu, jumlah gerai Hypermart dan toko lainnya yang dikelola MPPA tercatat turun menjadi 211, 200 dan terbaru tersisa 196 lokasi pada akhir tahun 2022.

Kenaikan pendapatan MPPA tahun ini merupakan yang pertama kali sejak tahun 2015, yang mana perusahaan mencatatkan rekor penjualan senilai Rp 13,80 triliun. Sejak itu perusahaan secara konsisten mencatatkan penurunan pendapatan hingga laporan keuangan tahun 2022 terbit. Dibandingkan dengan torehan tahun 2015, pendapatan perusahaan tahun lalu tercatat telah terpangkas setengahnya.

Secara rinci penjualan langsung masih menjadi kontributor utama pendapatan MPPA yang kontribusinya mencapai 93,42% dari penjualan kotor atau senilai Rp 6,93 triliun dan tercatat tumbuh 5,32% secara tahunan (yoy). Sementara itu penjualan konsinyasi tercatat tumbuh lebih cepat yakni 8,11% menjadi Rp 479,97 miliar.

Arus kas dari aktivitas operasi tercatat terpangkas nyaris setengahnya menjadi Rp 216,73 miliar. Hal ini terjadi karena melonjaknya biaya yang harus dibayarkan kepada pemasok serta karyawan. Kas dan setara kas perusahaan tercatat turun drastis pada posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 320,49 miliar dari setahun sebelumnya yang masih mencapai Rp 752,59 miliar.

Aset perusahaan tercatat turun 18,62% menjadi Rp 3,78 triliun dengan liabilitas perusahaan juga tercatat berkurang 11% dari posisi tahun sebelumnya menjadi Rp 3,62 triliun. Sementara itu ekuitas perusahaan tercatat anjlok 72% dan kini tersisa Rp 166,02 miliar dari akhir tahun 2021 yang tercatat mencapai Rp 584,41 miliar.

Kinerja keuangan yang urung membaik ikut membuat harga saham perusahaan kian tertekan. Saham MPPA pada pembukaan perdagangan Senin (6/3) tercatat melemah 1,60% ke harga Rp 123 per saham. Dalam enam bulan terakhir saham ini telah turun 29%, setahun terakhir ambrol 58% dan dalam lima tahun telah terjun bebas nyaris 80%.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Direktur Matahari Putra Prima (MPPA) Resign, Ada Apa?


(fsd/fsd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading