Waspada Peringatan Baru IMF

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
23 January 2019 07:03
Pemerintah RI Akui Guncangan Masih Bisa Terjadi
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (dok. Kemenkeu)
Menko Perekonomian Darmin Nasution merespons laporan terbaru IMF itu dan mengatakan Indonesia tidak akan luput dari imbas revisi tersebut.

"Namanya ekonomi dunia memang begini, jangan diharapkan dunia baik-baik saja. Kita yang harus mencari jalan, tidak bisa grasa-grusu," ujar Darmin kepada wartawan di kantornya, Senin malam.

Waspada Peringatan Baru IMFFoto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat pembukaan perdagangan BEI 2019 (CNBC Indonesia/Bernhart Farras)

"Kita memang sedang menyiapkan langkah untuk mendorong ekspor, tapi jangan dulu ditanya dulu," lanjutnya.

Untuk investasi, Darmin mengatakan pemerintah sudah melansir sejumlah kebijakan. Mulai dari penyederhanaan perizinan melalui implementasi Online Single Submission (OSS) sampai insentif investasi bagi industri pionir.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga buka suara.

"Saya rasa untuk kita ini tantangan, dari sisi global growth momentumnya tidak lagi meningkat secara cepat," ujarnya hari Selasa.

"Ini tantangan dari sisi bahwa momentum yang berasal dari eksternal akan melemah dan guncangan mungkin masih akan terjadi meskipun tidak seperti tahun 2018," tambahnya.

Ia berpandangan bahwa momentum pertumbuhan global terus mendapatkan tekanan dari berbagai sisi, seperti ketidakpastian perdagangan, penutupan pemerintahan atau government shutdown di Amerika Serikat (AS), dan risiko perlambatan yang dialami China dan beberapa negara maju.

"Buat kita, tetap fokus bagaimana menjaga faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dan stabilitas di dalam ekonomi kita, di dalam lingkungan yang berubah secara cepat," tegas Sri Mulyani.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu juga tidak ambil pusing akan peringatan utang IMF untuk negara-negara berkembang.

Utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih di 30% yang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan standar internasional. Selain itu, defisit anggaran yang mencapai 1,7% juga disebutnya masih aman.

"Kalau bicara tentang IMF ini, ada negara advanced countries, seperti di Eropa yang bebt to GDP ratio itu sudah di atas 60%, ada yang 80%, bahkan 100%. Jadi, untuk negara-negara seperti itu, mereka pasti harus melakukan konsolidasi fiskal," ujarnya.

"Indonesia sekarang growth di atas 5% dan defisitnya di bawah 2%. Jadi, tidak relevan statement itu untuk Indonesia karena berarti kita kan makin hari akan makin menurun," kata Sri Mulyani. (prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular