
Sentimen Eksternal Bantu IHSG Bertahan di Atas Level 6.300
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 January 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,19% hingga akhir sesi 1 ke level 6.341,03. Lantas, IHSG mampu bertahan di atas level psikologis 6.300.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,86%, indeks Shanghai naik 0,11%, indeks Hang Seng naik 0,19%, indeks Strait Times naik 0,48%, dan indeks Kospi naik 0,47%.
Sentimen eksternal yang kondusif membuat IHSG mampu melaju di zona hijau. Yang pertama adalah hubungan antara AS-China di bidang perdagangan yang kian mesra. Kemarin sore (10/1/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan bahwa ada perkembangan yang dicapai terkait dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual. Perkembangan ini dicapai pada negosiasi dagang yang berlangsung selama 3 hari pertama pekan ini.
Pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk diselesaikan sejauh ini. Lantas, pernyataan dari Gao Feng berhasil menenangkan pelaku pasar.
Kemudian, Reuters memberitakan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
"Rencananya adalah Liu He akan datang ke Washington. Namun sepengetahuan saya, waktunya belum ditetapkan. Apakah sebelum Tahun Baru Imlek atau sesudahnya," ungkap Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters.
Sentimen positif dari sisi eksternal yang kedua datang dari pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.
Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Belakangan ini, rilis data ekonomi di AS yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia seringkali menunjukkan adanya perlambatan. Perang dagang dengan China yang hingga kini belum bisa diselesaikan secara tuntas merupakan salah satu hal yang menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Jika The Fed tak kelewat agresif kedepannya, perekonomian AS menjadi memiliki modal tambahan untuk mengarungi tantangan-tantangan yang sedang dihadapinya.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,86%, indeks Shanghai naik 0,11%, indeks Hang Seng naik 0,19%, indeks Strait Times naik 0,48%, dan indeks Kospi naik 0,47%.
Sentimen eksternal yang kondusif membuat IHSG mampu melaju di zona hijau. Yang pertama adalah hubungan antara AS-China di bidang perdagangan yang kian mesra. Kemarin sore (10/1/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan bahwa ada perkembangan yang dicapai terkait dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual. Perkembangan ini dicapai pada negosiasi dagang yang berlangsung selama 3 hari pertama pekan ini.
"Rencananya adalah Liu He akan datang ke Washington. Namun sepengetahuan saya, waktunya belum ditetapkan. Apakah sebelum Tahun Baru Imlek atau sesudahnya," ungkap Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters.
Sentimen positif dari sisi eksternal yang kedua datang dari pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.
Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Belakangan ini, rilis data ekonomi di AS yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia seringkali menunjukkan adanya perlambatan. Perang dagang dengan China yang hingga kini belum bisa diselesaikan secara tuntas merupakan salah satu hal yang menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Jika The Fed tak kelewat agresif kedepannya, perekonomian AS menjadi memiliki modal tambahan untuk mengarungi tantangan-tantangan yang sedang dihadapinya.
Pages
Most Popular