
Internasional
Tanda Perlambatan Lagi, Penjualan Mobil di China Jatuh
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
04 January 2019 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil di China turun hingga 3% pada tahun 2018, menurut laporan perusahaan konsultan otomotif China ZoZoGo.
Ini adalah penurunan pertama dalam sekitar dua dekade terakhir dan menjadi pertanda buruk bagi para produsen mobil yang berbisnis di Asia tahun ini, dilansir dari CNBC International, Jumat (4/1/2019).
Perlambatan ini sangat menyakitkan bagi produsen mobil Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di China, yang gelarnya sebagai pasar mobil terbesar di dunia membuat pasar Negeri Paman Sam terlihat kerdil.
Berbagai produsen mobil menjual sekitar 28 juta mobil di Negeri Tirai Bambu pada tahun 2018, dibandingkan dengan sekitar 17 juta di AS, pasar mobil terbesar kedua dunia.
Kombinasi dari ketegangan perdagangan dan kegelisahan konsumen ini telah membuat penjualan di negara yang secara historis menjadi sumber pertumbuhan yang cukup besar bagi industri ini stagnan.
"Pasar terlihat akan turun 5% lagi pada tahun 2019 karena keyakinan konsumen masih goyah," kata Michael Dunne, CEO ZoZoGo, yang menjadi konsultan bagi para produsen mobil yang berbisnis di China.
Dunne adalah mantan presiden General Motors (GM) Indonesia.
"Ada terlalu banyak ketidakpastian di tengah ekonomi yang melambat ini, kekhawatiran akan keamanan pekerjaan, dan kemudian ada kegelisahan besar tentang ketegangan perdagangan AS-China."
Produsen mobil AS, General Motors, sebelumnya mengatakan bisnisnya berjalan baik di negara ini, meskipun di tengah lingkungan bisnis yang menantang. Ford kurang beruntung, sebagian karena kegagalan produsen mobil asal AS ini untuk menghasilkan produk dengan cukup cepat di pasar China yang sangat kompetitif.
Bursa saham AS terjun bebas hari Kamis, setelah peringatan kuartalan yang mencemaskan dari Apple, dan rilis data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan.
Perusahaan pembuat iPhone menyalahkan perlambatan ekonomi Cina atas penurunan proyeksi pendapatannya. Kabar itu semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi global juga mungkin melambat.
(prm) Next Article Penjualan Mobil Meningkat, Saham Astra Diborong Asing Rp 74 M
Ini adalah penurunan pertama dalam sekitar dua dekade terakhir dan menjadi pertanda buruk bagi para produsen mobil yang berbisnis di Asia tahun ini, dilansir dari CNBC International, Jumat (4/1/2019).
Perlambatan ini sangat menyakitkan bagi produsen mobil Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di China, yang gelarnya sebagai pasar mobil terbesar di dunia membuat pasar Negeri Paman Sam terlihat kerdil.
Kombinasi dari ketegangan perdagangan dan kegelisahan konsumen ini telah membuat penjualan di negara yang secara historis menjadi sumber pertumbuhan yang cukup besar bagi industri ini stagnan.
![]() |
"Pasar terlihat akan turun 5% lagi pada tahun 2019 karena keyakinan konsumen masih goyah," kata Michael Dunne, CEO ZoZoGo, yang menjadi konsultan bagi para produsen mobil yang berbisnis di China.
Dunne adalah mantan presiden General Motors (GM) Indonesia.
"Ada terlalu banyak ketidakpastian di tengah ekonomi yang melambat ini, kekhawatiran akan keamanan pekerjaan, dan kemudian ada kegelisahan besar tentang ketegangan perdagangan AS-China."
Produsen mobil AS, General Motors, sebelumnya mengatakan bisnisnya berjalan baik di negara ini, meskipun di tengah lingkungan bisnis yang menantang. Ford kurang beruntung, sebagian karena kegagalan produsen mobil asal AS ini untuk menghasilkan produk dengan cukup cepat di pasar China yang sangat kompetitif.
Bursa saham AS terjun bebas hari Kamis, setelah peringatan kuartalan yang mencemaskan dari Apple, dan rilis data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan.
Perusahaan pembuat iPhone menyalahkan perlambatan ekonomi Cina atas penurunan proyeksi pendapatannya. Kabar itu semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi global juga mungkin melambat.
(prm) Next Article Penjualan Mobil Meningkat, Saham Astra Diborong Asing Rp 74 M
Most Popular