Penjualan Mobil Diramal Moncer, Bukti RI Kebal Dengan Resesi!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
25 July 2022 18:55
Infografis: Livina Baru Hadir  Avanza Melibas Penjualan Xpander
Foto: Infografis/Livina Baru Hadir Avanza Melibas Penjualan Xpander/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil di Indonesia diperkirakan akan melampaui 900.000 unit pada tahun 2022, lebih tinggi dibanding 2021 sebesar 887.200 unit dan mendekati penjualan pra pandemi 1.026.921 unit pada 2019. Ini karena permintaan yang kuat dan bahan bakar yang masih disubsidi oleh pemerintah. 

Fitch meyakini pertumbuhan meskipun ada kekurangan semikonduktor dan meningkatnya tekanan inflasi yang didorong oleh harga bahan bakar yang lebih tinggi.

Penjualan mobil wholesales (dari pabrik ke diler) mencapai 475.321 unit pada semester pertama 2022. Jumlah ini naik 21% dibanding periode yang sama tahun lalu. Juga mendekati level sebelum pandemi virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sebesar 482.097 unit di semester I-2019.

Lonjakan penjualan mobil disebabkan oleh permintaan yang lebih kuat karena aktivitas ekonomi menjadi normal, bahkan ketika diskon pajak mobil secara bertahap ditarik, mencerminkan pertumbuhan yang sehat.

Penjualan bulanan rata-rata tetap di atas 80.000 unit di kuartal II-2022, kecuali Mei, ketika liburan Idul Fitri. Saat itu penjualan turun menjadi 49.453 unit. Produksi juga melambat menjadi 72.261 unit karena hari kerja yang lebih sedikit selama liburan, tetapi kemudian pulih menjadi 114.213 unit pada Juni 2022.

Kenaikan harga minyak mentah dapat berdampak pada tekanan inflasi bagi konsumen. Akan tetapi di Indonesia masih disubsisdi sehingga dampaknya diperkirakan masih kecil.

Sejak 1 Juli 2022 Pertamina mengimbau masyarakat untuk mendaftarkan kendaraannya untuk mendapatkan akses BBM bersubsidi RON-90 atau Pertalite, dan Solar. Ini dilakukan untuk memastikan BBM bersubsidi pemerintah terdistribusi tepat sasaran.

Namun, pemerintah masih merumuskan aturan pembatasan BBM bersubsidi. Baru-baru ini, Pertalite akan dilarang untuk mobil dengan mesin 2.000 cc ke atas. Fitch memperkirakan bahwa mesin ini akan mencakup 25% dari total penjualan mobil pada tahun 2022.

Pertamina telah menaikkan harga jual bahan bakar non-subsidi untuk mengatasi kenaikan harga minyak dunia. Terhitung mulai 10 Juli, harga BBM non subsidi di SPBU Pertamina naik rata-rata 15,5%.

Namun, Fitch tidak melihat hal ini berdampak besar pada penjualan kendaraan roda empat pada 2022, karena sebagian besar penjualan mobil di Indonesia didorong oleh mobil yang tetap memenuhi syarat untuk bahan bakar bersubsidi.

Ini kemungkinan hanya akan mempengaruhi pasar mobil kelas atas, yang memiliki permintaan mobil yang kurang elastis.

Penuualan mobul biasanya menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sehingga bisa menjadi ukuran dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didorong oleh konsumsi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Penjualan Mobil Lesu, Saham Emiten Otomotif Masih Menarik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular