Hadapi Gejolak, Bagaimana Nasib Saham Apple Cs di 2019?

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
02 January 2019 14:51
Di awal 2018, saham-saham FAANG - Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan induk usaha Google, Alphabet, adalah pilihan teratas para investor.
Foto: Infografis/Saham Perusahaan Teknologi "FAANG" Anjlok/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal 2018, saham-saham FAANG - Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan induk usaha Google, Alphabet, adalah pilihan teratas para investor.



Selain Alphabet yang naik lebih dari 30% di 2017, empat dari lima saham teknologi tersebut telah melesat sekitar 50% di periode yang sama. Facebook berada di tahun terbaiknya sejak 2013, dan Apple mengalami tahun terbaik sejak 2010.


Namun, para pendukung sektor teknologi tersandung di 2018, di tengah rentetan skandal regulasi dan privasi industri. Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menyeret pasar secara keseluruhan ke zona yang lebih rendah dan membuka peluang investor melakukan aksi ambil untung dari saham-saham teknologi yang memiliki valuasi tinggi.



Beginilah proyeksi kondisi masing-masing saham FAANG menuju 2019 yang dilansir dari CNBC International, Rabu (2/1/2019).



Facebook

Facebook mengakhiri tahun 2018 dengan terjun bebas 25%, jauh ke wilayah pasar bearish. Penurunan ini menjadikan 2018 sebagai tahun terburuk dalam perdagangan saham Facebook sejak go public pada 2012.



Valuasi pasar perusahaan media sosial ini berdarah-darah dan investor kabur ketika skandal privasi membebani angka pengguna dan model bisnisnya yang berbasis iklan. Para eksekutif senior Facebook dicecar oleh Kongres dan terpuruk oleh sentimen negatif dari publik.

Hadapi Gejolak, Bagaimana Nasib Saham Apple Cs di 2019?Foto: Edward Ricardo



Facebook harus menghadapi pertanyaan dari FTC dan tantangan yang berkelanjutan untuk basis penggunanya pada tahun 2019. Ini membuat sahamnya rentan terhadap penurunan lebih lanjut.



Amazon

Amazon mengakhiri 2018 dengan kenaikan lebih dari 28% dan menjadikannya salah satu saham FAANG dengan kinerja lebih baik tahun ini.



Raksasa e-commerce asal AS itu terus memperluas jangkauannya ke industri lain, seperti perawatan kesehatan dan media. Perusahaan meluncurkan toko ritel baru dan menginisiasi pencarian nasional untuk markas kedua yang akhirnya mengumumkan investasi ekonomi yang signifikan di tiga lokasi baru di luar Seattle.



Saham Amazon terpukul pada kuartal keempat 2018, terbebani oleh gejolak pasar dan pedoman yang lebih lemah dari yang diperkirakan untuk musim liburan. Sahamnya telah merosot lebih dari 20% sejak September.



Seperti Facebook, Amazon telah menjadi sasaran regulasi. Para ahli dan anggota parlemen, termasuk Presiden AS Donald Trump, telah menyerukan peninjauan antimonopoli perusahaan. Tindakan signifikan apa pun pada area itu pada 2019 bisa menekan saham.

Apple

Apple menutup tahun 2018 dengan turun hampir 7% dan mengalami tahun terburuk perdagangan saham sejak krisis keuangan 2008. Itu terjadi setelah saham melewati kapitalisasi pasar bersejarah US$1 triliun, sebagai perusahaan AS pertama yang berhasil diperdagangkan dengan nilai itu.



Apple sekarang diperdagangkan jauh di bawah patokan dan valuasinya lebih rendah daripada Microsoft.


Apple berjuang melawan angka penjualan yang tidak pasti dan kejenuhan pasar ponsel pintar, dengan momentum yang terlalu sedikit dalam perangkat yang dapat dikenakan dan perangkat rumah untuk membuat perbedaan.

Hari terburuk dalam perdagangan saham 2018 untuk Apple terjadi setelah laporan laba kuartal keempat di tahun fuskalnya di mana Apple mengumumkan akan berhenti melaporkan penjualan unit individu dan angka pendapatan untuk iPhone dan lini produk terbesarnya yang lain.



Apple sebagian besar menghindari skandal dan tekanan peraturan yang dirasakan oleh saham-saham FAANG lainnya selama 2018. Namun pertumbuhannya yang melambat, masa depan yang tidak pasti, dan kedekatan dengan saham-saham yang tidak stabil menyeret nilainya lebih rendah. Ini dapat terus berlanjut hingga 2019.

Netflix

Netflix mengungguli rekan-rekan FAANG pada tahun 2018 dengan kenaikan hampir 40% selama tahun lalu.



Perusahaan menaikkan pengeluaran program orisinalnya untuk menangkis pesaing seperti Hulu, Amazon, HBO, dan layanan streaming Disney + yang akan segera diluncurkan. Netflix mendapat kesuksesan dengan lebih banyak acara TV dan film orisinal, di lebih banyak negara, daripada tahun-tahun sebelumnya, dan mengumumkan kemitraan konten yang terkenal.

Langkah perusahaan yang terus membakar uang dapat mengancam harga sahamnya di 2019.



Alphabet

Induk Google, Alphabet, mengakhiri tahun ini dengan stagnan, turun sedikit di bawah 1% pada 2018.

Perusahaan mengalami penghitungan privasi dan moderasi kontennya sendiri, meskipun bisa dibilang lebih rendah dari Facebook, dan mempertahankan praktik bisnisnya di hadapan Kongres.

Google juga menghadapi serangan balasan dari karyawannya sendiri seputar penanganan pelanggaran dan diskriminasi perusahaan dan menjawab kepada regulator antimonopoli Uni Eropa dengan membayar denda beberapa miliar dolar .

Terlepas dari semua itu, pendapatan iklan perusahaan terus meningkat dan "taruhan lainnya" seperti perusahaan mobil self-driving Waymo membuat langkah penting.

Kerugian minimal tahun lalu bisa menjadi pertanda baik bagi Google untuk memasuki 2019.
(prm) Next Article Pidato Trump Bikin Market Cap Google Cs Hilang RP 820 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular