
Internasional
Korban Utama Perang Dagang: Apple iPhone
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
22 December 2018 07:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Dagang Amerika Serikat (AS) dan China akan menjelma menjadi sengketa kekayaan intelektual dalam beberapa bulan mendatang yang membuat Apple Inc lebih menderita lagi.
Perang dagang AS-China yang berlangsung selama ini telah mengguncang bursa saham dalam beberapa bulan terakhir yang mendorong aksi jual besar-besaran (sell-off) di pasar modal yang diperparah lagi dengan kemungkinan perlambatan ekonomi AS.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin China Xi Jinping mengumumkan gencatan senjata 90 hari pada awal bulan ini tetapi pengamat tetap skeptis akan terjadinya perdamaian di antara kedua ekonomi terbesar di dunia ini.
"Ada kemungkinan besar perdebatan tarif perdagangan memudar, tetapi perdebatan tentang hak kekayaan intelektual (dan) cybersecurity, mungkin meningkat," ujar Bob Parker, anggota komite investasi di Quilvest Wealth Management, kepada CNBC Internasional, Jumat (21/12/18).
"Saya pikir itu perdebatan ini menjadi masalah besar di semester pertama tahun depan," kata Parker.
Apple 'paling sensitif' dalam perang dagang
Sell-off yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir berpotensi membuat Wall Street mencatatkan kerugian terbesar sejak Great Depression (1929). Aksi ini terjadi setelah adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih suram yang membuat saham sektor teknologi berguguran.
Amazon, Netflix, Alphabet, dan Apple, semua memimpin kejatuhan indeks teknologi Nasdaq. Saham-saham patokan itu turun sekitar 20% dari rekor yang dicapai pada akhir Agustus. Apple turun 32% dari level tertingginya, sementara Amazon turun 29% dari rekornya.
Apple Inc sendiri sedang dalam masalah. Raksasa teknologi ini telah kalah di dua pengadilan dalam pertempuran hak paten dengan pemasok chip Qualcomm pada Kamis lalu.
Kondisi ini semakin memicu kekhawatiran investor akan dampak perang dagang pada Apple.
"Dalam penelitian yang telah kami lakukan, Apple sebenarnya adalah perusahaan paling sensitif terhadap konflik antara AS dan Cina dalam perdagangan," kata Parker.
"Jika anda melihat Apple, itu adalah teknologi Amerika, produk ini diproduksi di pabrik-pabrik Cina oleh perusahaan Taiwan sehingga tepat di garis depan kerentanan untuk konflik perdagangan."
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Terbaru! Perkembangan Negosiasi Dagang AS-RI, Airlangga Buka-bukaan
Perang dagang AS-China yang berlangsung selama ini telah mengguncang bursa saham dalam beberapa bulan terakhir yang mendorong aksi jual besar-besaran (sell-off) di pasar modal yang diperparah lagi dengan kemungkinan perlambatan ekonomi AS.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin China Xi Jinping mengumumkan gencatan senjata 90 hari pada awal bulan ini tetapi pengamat tetap skeptis akan terjadinya perdamaian di antara kedua ekonomi terbesar di dunia ini.
Apple 'paling sensitif' dalam perang dagang
Sell-off yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir berpotensi membuat Wall Street mencatatkan kerugian terbesar sejak Great Depression (1929). Aksi ini terjadi setelah adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih suram yang membuat saham sektor teknologi berguguran.
Amazon, Netflix, Alphabet, dan Apple, semua memimpin kejatuhan indeks teknologi Nasdaq. Saham-saham patokan itu turun sekitar 20% dari rekor yang dicapai pada akhir Agustus. Apple turun 32% dari level tertingginya, sementara Amazon turun 29% dari rekornya.
Apple Inc sendiri sedang dalam masalah. Raksasa teknologi ini telah kalah di dua pengadilan dalam pertempuran hak paten dengan pemasok chip Qualcomm pada Kamis lalu.
Kondisi ini semakin memicu kekhawatiran investor akan dampak perang dagang pada Apple.
"Dalam penelitian yang telah kami lakukan, Apple sebenarnya adalah perusahaan paling sensitif terhadap konflik antara AS dan Cina dalam perdagangan," kata Parker.
"Jika anda melihat Apple, itu adalah teknologi Amerika, produk ini diproduksi di pabrik-pabrik Cina oleh perusahaan Taiwan sehingga tepat di garis depan kerentanan untuk konflik perdagangan."
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Terbaru! Perkembangan Negosiasi Dagang AS-RI, Airlangga Buka-bukaan
Most Popular